Mohon tunggu...
Nurul Hidayah
Nurul Hidayah Mohon Tunggu... Mahasiswa Universitas Airlangga

Hallo selamat datang, trimakasih sudah berkunjung ke profil kami

Selanjutnya

Tutup

Politik

Muhammad Yamin: Sastrawan dan Pejuang Bangsa dalam Sejarah

21 September 2025   14:08 Diperbarui: 21 September 2025   14:08 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Muhammad Yamin Adalah sosok serbabisa sebagai ilmuwan, guru besar, politikus, sastrawan, budayawan, sejarawan, penulis, dan jurnalis. Pemikirannya yang orisinal sangat memberikan dampak besar dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia, khususnya sebagai salah satu perencanan dasar negara dan undang-undang. Ia juga dikenal sebagai tokoh yang berdedikasi dalam menjaga dan mengembangkan budaya serta Sejarah bangsa. Atas jasa-jasanya yang besar, Yamin di akui sebagai pahlawan nasional, dan karya-karyanya tetap menjadi sumber inspirasi dan warisan berharga bagi bangsa Indonesia hingga kini.

Muhammad Yamin lahir pada tanggal 23 Agustus 1903 di Talawi, dekat Sawahlunto, Sumatra Barat dan meninggal dunia pada tanggal 17 Oktober 1962, di Jakarta, kemudian dimakamkan di kampung halamnya Talawi, Sawahlunto, Sumatra Barat. Ayahnya, Oesman Bagindo Khatib, memiliki lima istri dan 15 anak, sehingga Yamin memiliki beberapa saudara seayah, termasuk Djamaloeddin Adinegoro. Ibu Muhammad Yamin bernama Siti Saadah yang berasal dari Solok, dan istrinya Adalah R.A Siti Sundari dari Kadilangu, Jawa Timur.

Setelah menamatkan sekolah Melayu, Yamin melanjutkan pendidikan di HIS, sekolah guru Bukittinggi, dan Sekolah Pertanian di Bogor meskipun tidak selesai. Pada 1927, ia lulus dari AMS Yogyakarta, kemudian melanjutkan ke sekolah Hakim Tinggi Jakarta dan meraih gelar Meester in de Rechten pada 1932.

Seperti pemuda terpelajar pada masa kolonial, Yamin pun aktif berorganisasi, menjadi Ketua Jong Sumatra Bond dan Ketua Indonesia Muda pada tahun 1928. Setelah itu, Yamin hampir tidak pernah meninggalkan aktivitasnya dalam organisasi politik kebangsaan waktu itu. Dia juga pernah menjadi anggota Partindo dan anggota Volksraad. Selain itu, Muhammad Yamin juga terlibat dalam Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan, Panitia Persiapan Kemerdekaan, dan perumus UUD 1945, serta pembuat Piagam Jakarta. Pada masa pendudukan Jepang, Muhammad Yamin menjadi penasihat penerangan sekaligus anggota Dewan Penasehat Poetera.

Pada tahun 1946, Yamin menciptakan Panca drama korps polisi militer dan lambang Gajah Mada. Ia juga menjadi penasihat negara dalam Konferensi Meja Bundar tahun 1949 di Den Haag. Selain kiprahnya dalam bidang politik dan militer, Yamin juga mengembangkan pemikiran konstitusional yang penting bagi sistem ketatanegaraan Indonesia.

Dalam ranah pemikiran konstitusional, Muhammad yamin mengusulkan agar lembaga yudikatif diberi wewenang untuk menguji undang-undang yang di buat DPR. Namun, gagasan ini awalnya ditolak dalam UUD 1945 karene kekhawatiran tokoh seperti Soepomo yang berpendapat bahwa eksekutif, legislatif, dan yudikatif adalah lembaga tinggi negara yang sederajat, dengan kedaulatan tertinggi di tangan rakyat yang dilaksanakan oleh MPR.

Meskipun demikian, ide Yamin akhirnya diakomodir dalam amandemen UUD 1945 pada periode 1999-2002 dengan pembentukan Mahkama Konstitusi. Pasal 24C UUD 1945 mengatur bahwa MK berwenang menguji undang-undang terdapat UUD, yang pelaksanaannya diatur dalam UU No. 24 Tahun 2003. Selaim itu, Mahkama Agung juga diberi wewenang menguji peraturan dibawah undang-undang sesuai Pasal 24A UUD 1945.

Selain konstribusinya dalam bidang pemikiran konstitusional, setelah kemerdekaan Muhammad Yamin memegang berbagai jabatan penting, antara lain sebagai anggota DPR, Menteri Kehakiman, Menteri Pengajaran dan Pendidikan, Menteri Urusan Sosial, serta Ketua Dewan Perencanaan Nasional.

Sebagai Menteri Kehakiman, Yamin menunjukkan keberanian politik dan prinsip keadilan dengan membebaskan sekitar 950 tahanan politik yang ditahan tanpa proses hukum, termasuk mereka yang dicap komunis atau sosialis. Sikap ini mendapat pengakuan dari advokat senior Adnan Buyung Nasution, yang menyatakan bahwa Yamin anti-subversif dan menolak penahanan tanpa alasan yang jelas.

Dengan berbagai peran dan kiprah tersebut, Muhammad Yamin tidak hanya dikenal sebagai pemikir dan perumus dasar negara, tetapi juga sebagai politisi dan pejabat negara yang berani mengambil sikap demi keadilan dan kemajuan bangsa Indonesia.

Muhammad Yamin mulai karir menulisnya pada tahun 1920-an dengan menghasilkan karya-karya berbahasa melayu klasik yang diterbitkan di jurnal jong Sumatra. Pada tahun 1922, ia dikenal sebagai penyair melalui Kumpulan puisi Tanah Air, yang menjadi salah satu kumpulan puisi modern Melayu pertama.Beberapa tahun kemudian, pada 1928, Yamin menerbitkan karya penting berjudul Kepada Regu, karya penting yang menyusun semangat persatuan bangsa Indonesia dengan moto "satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa". Di tahun yang sama, ia juga menulis drama Sejarah Ken Arok dan Ken Dedes yang mengangkat kisah sejarah Jawa.

Dalam karya puisinya, Yamin sering menggunakan bentuk soneta yang terinspirasi dari sastra Belanda, meskipun ia tetap mempertahankan karya, drama, esai, novel Sejarah, serta menerjemahkan karya-karya besar seperti Julius Caesar karya Shakespeare dan karyaa Rabindranath Tagore. Pada awal 1930 an, ia aktif di bidang jurnalistik dengan bergabung dalam redaksi surat kabar Paronama bersama sejumlah tokoh nasional. Kemudian, pada pertengahan dekade 1930 an, Yamin Bersama rekan-rekannya mendirikan surat kabar Kebahonan, yang ditrbitkan oleh organisasi politik yang mereka dirikan, sebagai sarana untuk menyuarakan semangat nasionalisme dan perjuangan kemerdekaan Indonesia.   

Muhammad Yamin merupakan sosok multitalenta yang memiliki peran strategis dalam sejarah perjuangan dan pembangun bangsa Indonesia. Sebagai seorang ilmuwan, politikus, sastrawan, serta pemikir konstritusional, beliau memberikan kontribusi signifikan dalam perumusan dasar negara, perjuangan kemerdekaan, serta perkembangan kebudayaan dan Pendidikan nasional. Keberanian dan prinsip keadilan yang ditegakkan selama masa jabatannya sebagai Menteri Kehakiman mencerminkan komitmen beliau terhadap nilai-nilai keadilan dan kemanusiaan. Warisan pemikiran dan karya-karyanya senantiasa menjadi sumber inspirasi bagi bangsa Indonesia hingga saat ini, sehinng menjadikan beliau sebagai salah satu pahlawan nasional yang patut dihormati dan dikenang sepanjang masa.

 

 

Daftar Pustaka:

 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun