Mohon tunggu...
dodo si pahing
dodo si pahing Mohon Tunggu... Buruh - semoga rindumu masih untukku.

Keinginan manusia pasti tidak terbatas, hanya diri sendiri yang bisa mengatur bukan membatasi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Perjalanan Mistis Agil

15 April 2021   16:09 Diperbarui: 15 April 2021   16:16 401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi : Ceritaa-misteri.blogspot.com

Sepi pun segera kembali menyergap hanya suara hewan hutan yang tiba-tiba terdengar sangat jelas.  Ada auman macan, jerit monyet. Padahal sebelumnya hanya terdengar burung prenjak, emprit, sesekali suara burung tekukur. Sesekali  burung sriti tampak berterbangan saling kejar seolah ingin menunjukkan kegesitan. Terbang tinggi kemudian menukik tajam ke bawah terus manuver yang tiba-tiba ke arah kanan kemudian menikung kekiri.

Rasa heran Agil belum juga hilang dengan suara aneka satwa hutan yang tertangkap telinga. Gemericik suara air yang berada di bawahnya menyadarkannya jika dirinya sedari tadi berada di atas pinggir sungai  yang bening. Tetiba lelaki yang klemak-klemek itu meminta dari lelaki yang berwajah dingin di sampingnya mungkin  sebentuk tombak  kecil. Selanjutnya tidak dikiranya lelaki yang klemak-klemak itu melemparkannya. Plass... desingannya seperti anak panah yang dilesatkan dari busurnya.

Agil dibuat lebih melongo karena tombak kecil itu menghujam tepat di kepala seekor ular yang sedang bergelantungan di pohon serut di pinggir sungai yang berada di samping dipan bambu yang sedang didudukinya. Ular itu langsung lemas dan sedikit demi sedikit melorot ke aliran air sungai yang menjadi merah darah.

Lelaki klemak-klemek itupun tanpa sungkan menarik tangan Agil menuju ke arah ular yang mati itu dan Agil pun seperti dalam cerita Joko Tarub, dirinya berada di pingir sendang kemudian mengamati gadis-gadis yang sedang mandi. Di pinggir sungai ada gadia-gadis yang sedang mandi dan sekarang tidak ubahnya maniken  polos karena tidak sempat membetulkan kainnya. Namun jelas semuanya penuh ketakutan.

Agil segera merogoh  tasnya, sebentuk hanphonenya ingin mengabadikan momen yang sangat langka ini. "Semprul, low batt. Mengapa selalu pada momen yang penting hp ini tidak mau diajak kerjasama."

Agil hanya meringis, melihat hpnya yang tidak bisa diapa-apakan kecuali dibawa-bawa. Dalam batinnya jika hp tidak bisa dipegang apa bedanya membawa batu. Ingin dibuangnya namun dipikir-pikir lagi cicilinnya baru saja selesai, dan yang lebih penting lagi di situ ada foto gadis yang baru saja jadian.

Di antara rasa ketakutan yang masih menyelimuti kesadaran para gadis itu masih ada. Ketika melihat salah seorang yang memakai baju hitam berlengan panjang salah seorang di ataranya memandangnya, namun tidak berani untuk menatap lama. Mereka semua langsung duduk di atas batu pinggir kali.  Agil tidak tahu mengapa mereka tiba-tiba duduk. 

Prasangka Agil para wanita itu duduk karena shock atas kejadian baru saja yang dialaminya. Lelaki klemak-klemek itu tiba-tiba menampilkan wajah yang sangat cerah ketika melihat di antara gadis itu ada sesok yang pernah ditemuinya beberapa waktu lalu.

Kala itu dirinya sedang berjalan-jalan menyusuri tepi hutan, dan ketika ingin  mengambil air untuk minum itulah dirinya saat itu sedang tanpa sengaja dirinya melihat seorang gadis yang sedang mencuci beras di sendang ia melihat gadis itu.  Gadis itu sangat bersahaja, ia hanya mengenakan kemben menutupi sebagian tubuhnya. 

Kulitnya sawo matang sebagaimana gadis desa umumnya, rambutnya yang hitam panjang bergelombang menutupi hampir seluruh dadanya. Rupanya gadis itu melihat kedatangannya segera saja ia menoleh dan bergegas pergi. Dirinya masih sempat melihat tatapannya dan senyuman kecil di ujung bibirnya.

Agil ingin berkenalan juga dengan gadis yang berkain kemben itu, kapan lagi bisa bertemu dengan  perempuan yang exotic khas pedalaman. Meskipun pacarnya yang baru saja jadian itu cantik tetapi belum pernah melihatnya mengenakan kemben seperti ini.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun