Mohon tunggu...
Nursini Rais
Nursini Rais Mohon Tunggu... Administrasi - Lahir di Pesisir Selatan, Sumatera Barat, tahun 1954.

Nenek 5 cucu, senang dipanggil Nenek. Menulis di usia senja sambil menunggu ajal menjemput.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Nikmati Hebohnya Berselancar di Negeri di Atas Awan

28 Desember 2019   23:15 Diperbarui: 29 Desember 2019   13:58 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kondisi ke 3, beberapa menit setelah pemotretan ke 2.

Keajaiban tersebut  berlalu dalam hitungan menit. Gumpalan kabut itu lenyap seketika, berganti dengan  mega lain. Begitulah seterusnya. Awan yang datang dan pergi silih berganti. Dalam tempo setengah jam, terjadi beberapa kali peralihan.

Kondisi ke 3, beberapa menit setelah pemotretan ke 2.
Kondisi ke 3, beberapa menit setelah pemotretan ke 2.
Awan-awan  itu muncul dalam konstelasi berbeda. Kadangkala bermotif pangeran naik kuda putih, lain kali seperti gadis cantik dari dunia mistis. Tak heran, masyarakat setempat percaya, Bukit Kayangan  ini tempat bersemayamnya putri dari Kayangan.

Kondisi terakhir, saat saya dan si ganteng beranjak pulang. Dokumentasi pribadi.
Kondisi terakhir, saat saya dan si ganteng beranjak pulang. Dokumentasi pribadi.
Detik-detik inilah yang paling ditunggu oleh penggila traveling. Termasuk saya. Enggan rasanya kaki ini melangkah pergi.

"Karena tertutup kabut, saat ini  banyak pemandangan yang terlewat. Kota Sungai Penuh, Gunung Kerinci, dan Danau Kerinci tak terlihat sama sekali," kata salah seorang pria yang berada di area. "Bagusnya, pagi hari  ketika cuaca cerah. Menyaksikan matahari terbit dari balik bukit. Seketika udara dingin berganti dengan hangatnya sinar matahari pagi. Selanjutnya matahari naik perlahan. Perbukitan tampak hijau, langit cerah membiru." tambahnya.

Tangga naik ke taman bunga. Dokumentasi pribadi
Tangga naik ke taman bunga. Dokumentasi pribadi
Sebagian distrik taman bunga Bukit Kayangan. Dokumentasi pribadi.
Sebagian distrik taman bunga Bukit Kayangan. Dokumentasi pribadi.
Kami bergeser ke distrik taman. Untuk mencapainya pengunjung harus menaiki beberapa anak tangga berliku. Letih dan capek tiada terasa. Karena mata ini dimanjakan oleh bunga beraneka warna.

Dari Taman Bukit Kayangan inilah sudut pandang terbaik untuk menikmati keindahan Bumi Sakti Alam Kerinci dan Kota Sungai Penuh.

Gazebo pada titik pandang tertinggi. Dokumentasi pribadi
Gazebo pada titik pandang tertinggi. Dokumentasi pribadi
Bagian kawasan yang sedang direnovasi. Dokumentasi pribadi.
Bagian kawasan yang sedang direnovasi. Dokumentasi pribadi.
Belasan gardu pandang telah menanti. Kursi-kursi taman terparkir pada tempat  yang strategis. Sehingga memberikan kesan eksotis dan romantis bagi penggila fotografi untuk berswa foto. Ironisnya, meskipun tersedia spot foto khusus, pengunjung lebih senang bepose dengan background alam. 

Cowok gantengku. Dokumentasi pribadi.
Cowok gantengku. Dokumentasi pribadi.
Bagi pelancong yang memboyong keluarga, ada taman bermain anak dengan berbagai fasilitas layaknya tempat bermain lainnya.  Sehingga orangtua dan anak punya kesibukan masing-masing. Maka tidak berlebihan jika dikatakan serasa berada di taman firdaus. Dan tak akan ditemui di daerah lain.

Taman bermain anak-anak. Dokumentasi pribadi
Taman bermain anak-anak. Dokumentasi pribadi
Tidak hanya itu. Keelokan panorama Bukit Kayangan ini penting bagi pendidikan anak-anak.  Betapa Allah itu Maha Kuasa, yang telah menciptakan alam untuk kepentingan manusia. Maka kita harus mensyukuri dan menjaganya agar tidak dirusak oleh tangan-tangan jahil.

Abila perut keroncongan, warung nasi memang tak tersedia di sini. Tetapi jangan khawatir. Kedai makanan banyak. Salah satunya Warkop Uhang Kito, di pinggir taman.

Warkop Uhang Kito. Dokumentasi pribadi.
Warkop Uhang Kito. Dokumentasi pribadi.
Mau makanan panas, siap. Camilan ringan juga okey. Soal harga, hanya sedikit lebih mahal daripada di kota Sungai Penuh. "Mau bagaimana lagi, Bu. Ongkos ojek membawa barang ke sini mahal,"  kata Ibu Wir pemilik warung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun