Mohon tunggu...
Nursini Rais
Nursini Rais Mohon Tunggu... Administrasi - Lahir di Pesisir Selatan, Sumatera Barat, tahun 1954.

Nenek 5 cucu, senang dipanggil Nenek. Menulis di usia senja sambil menunggu ajal menjemput.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Ampera Minang Versi "Chicken and Chip" Birmingham Inggris

10 September 2018   21:49 Diperbarui: 14 Maret 2021   11:23 723
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di segi harga, nasi ampera  jelas lebih ramah kantong. Di tempat saya, salah satu rumah makan ampera cabang restoran Marantama, membandrol angka 13 ribu untuk satu porsi. Tapi yang sudah ngetop seperti Ampera Tanpa Nama, per ransumnya Rp  19.000. Sedapnya, sama-sama mak nyus.

Sementara makan dengan cara dihidangkan, tarifnya agak lebih mahal. Bisa juga amat mahal jika dibandingkan dengan harga ampera. Tergantung jumlah lauk yang dimakan. Katakanlah, di Kota Sungai Penuh, Kerinci, rata-rata Rumah Makan yang telah punya nama satu porsi nasi dengan sepotong lauk, ditambah sepiring kecil tambuhan (tambuah ciek), Rp 22.000. Kalau sambalnya dua atau tiga, dikenakan cost tambahan seharga dua atau tiga potong lauk.

Menelisik pengalaman mengunjungi rumah makan seperti yang saya paparkan di atas, saya bangga menjadi orang Indonesia. Dan lebih bangga lagi menjadi orang desa. Punya banyak duit, makan di restoran mahal. Kalau sedikit mampir saja ke ampera.

Malas masak? Sambal murah menjadi alternatif. Di lingkungan saya di kota Jambi, setiap hari tersedia lauk serba lima ribu. Ikan bakar, ikan goreng, asam padeh, sampai ayam goreng dan ayam bakar. Lokasinya bersih, jauh dari kebisingan dan debu kendaraan. Cita rasanya, tak kalah enak dengan masakan restoran umumnya. Mulai dibuka pukul 09.30. Jam 11.00, ludes. Makanya, apa-apa yang dijual disana semuanya masih hangat.

Ini baru di lingkaran Jambi dan Sumbar. Belum lagi di Pulau Jawa. Harga makanan malah jauh  lebih murah ketimbang di luar jawa.

Salah satu restoran di Chinatown City Centre Birmingham Inggris. Dokumen pribadi
Salah satu restoran di Chinatown City Centre Birmingham Inggris. Dokumen pribadi
Bandingkan dengan negeri bule. Di Inggris, boro-boro nasi ampera harga tiga belas ribu per porsi. Tiga ratus ribu pun belum tentu ada penjualnya. Walaupun ada di restoran Indonesia, mungkin harganya tidak terjangkau oleh kantong nenek-nenek seperti saya. Orang bule makan nasi cuma sekali-sekali. Jangan coba-coba berniat membeli magic com seperti di tanah air. Tak bakalan ada toko elektronik yang menjualnya.

Enaknya, seperti di tanah air di sana juga berlaku apa yang saya sebut hukum perkantongan. Berkantong tebal? Silakan ke restoran mewah. Berkantong kempes? Yang murah pun selalu standby.

Di City Centre Birmingham misalnya. Tersedia paketan murah chicken and chip 1,49. Sekitar Rp 30.000. Menunya, sekotak kentang, satu ayam plus segelas minuman. Paketan sedang nasi biryani, 11.99. Kurang lebih Rp 240.000. Terdiri dari 1 ayam, sekotak kecil nasi, dan segelas minuman. Ada pula yang namanya  peri-peri. Satu paketnya 17.99. Jika dirupiahkan, kira-kira 350.000. (nilai tukar Mei 2015).

Usai makan bersama di Ming Moon Restaurant & Bar. Dokumen pribadi
Usai makan bersama di Ming Moon Restaurant & Bar. Dokumen pribadi
Ini hanya tarif Big Jhon. Sebuah rumah makan kategori sederhana milik Muslim Pakistan. Bandingkan dengan harga nasi rumah makan di Indonesia. Tak ada nasinya pula. Padahal, sebelum pesanan mendarat di meja, di kepala saya beterbangan potongan rendang hitam dengan bongkahan daging sebesar lengan. Ternyata yang disuguhkan kentang goreng ditambah ayam dan sambal colekan. Karena lapar, akhirnya saya juga tak kalah seru dengan dua cucu yang senior di bidang ini. Nenek udik yang 'nasi banget' ini harus belajar menjadi  bule.

Sebagai informasi tambahan, selama di Birmingham, saya tidak menemui warung kaki lima menjual makanan atau minuman seperti di Indonesia. 

Nah, kurang bangga apa lagi kita terhadap Indonesia tanah air tercinta ini. Ayo! Mari serentak kita berucap, "Jayalah negeriku, Jayalah bangsaku. NKRI adalah harga mati." Salam  manis di Bulan September.

****

Simpang Empat Danau Kerinci, 10092018

Nenek 4R

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun