Mohon tunggu...
Nursalam AR
Nursalam AR Mohon Tunggu... Penerjemah

Penerjemah, editor, konsultan partikelir dan peminat sastra, psikologi & politik. Pendiri Komunitas Penerjemah Hukum Indonesia (KOPHI) dan Kepala Divisi Komunikasi Badan Pengurus Himpunan Penerjemah Indonesia (BP HPI Pusat) (2025-2027). Penulis buku "Kamus High Quality Jomblo" dan "Dongeng Kampung Kecil". Blog: https://nursalam.wordpress.com. Instagram: @bungsalamofficial.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Menulis Itu Mudah, Hanya Perlu 7 Langkah!

14 Mei 2025   17:10 Diperbarui: 20 Mei 2025   11:03 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang Habiburrahman El-Shirazy juga tak menyangka jika Ayat-Ayat Cinta, yang royaltinya untuk infak pesantren, akan laris manis hingga dicetak ulang berkali-kali dalam waktu singkat.

JK Rowling yang awalnya hanya seorang guru miskin di Inggris pun tak pernah bermimpi jika Harry Potter akan mendunia padahal semula ia hanya menuliskan khayalan masa kecilnya. Dalam bahasa (alm) KH Abdullah Syafi'ie, seorang ulama kharismatik Betawi era 70-an,"Nanem padi rumput ikut; nanem rumput padi luput."  Tujuan yang lebih dari "sekadar" materi akan menuntun kita pada tujuan sampingan seperti materi dan popularitas.

Kutipan perkataan John Gardner di atas pun sebenarnya tak terhenti di situ saja. Ada kalimat pamungkas yang menjadi kuncinya, yakni, "Walaupun demikian, dalam sekolah bisnis, optimismelah yang selalu berjaya."

Ya, optimisme, selain motivasi, yang juga membedakan ketangguhan seseorang, termasuk seorang penulis. Bukankah gagal itu biasa dan bangkit dari kegagalan itu baru luar biasa?

 

Langkah 2: Beternak Ide

"Uang hanyalah sebuah ide." (Robert T. Kiyosaki)

Jika uang hanyalah sebuah ide maka memperbanyak ide sebanyak-banyaknya sama saja dengan mengembangbiakkan uang yang akan didapat.

Dalam konteks industri kepenulisan, yang aroma bisnisnya tidak berbeda jauh dari industri real estate yang ditekuni Kiyosaki yang juga penulis buku Rich Dad Poor Dad, ide harus ditangkap bahkan harus diternakkan. Ibarat hewan ternak, ia harus dirawat, dikembangbiakkan dan tak ayal dijual.

Lihat saja fenomena novel Ayat-Ayat Cinta-nya Habiburrahman El-Shirazy atau Laskar Pelangi karya Andrea Hirata yang menuai royalti miliaran rupiah dan menjejak dunia layar lebar. Inilah contoh nyata betapa ide bagi seorang penulis tak ubahnya hewan ternak yang merupakan aset tak ternilai.

Jika ide adalah hewan liar maka ia harus ditangkap, dijinakkan, didomestikasi. Seperti halnya orang-orang dahulunya mendomestikasi kuda atau unta untuk menjadi tunggangan yang bermanfaat untuk keperluan manusia. Sarana penangkapnya bisa dengan banyak cara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun