Mohon tunggu...
Nursalam AR
Nursalam AR Mohon Tunggu... Penerjemah - Konsultan Partikelir

Penerjemah dan konsultan bahasa. Pendiri Komunitas Penerjemah Hukum Indonesia (KOPHI) dan grup FB Terjemahan Hukum (Legal Translation). Penulis buku "Kamus High Quality Jomblo" dan kumpulan cerpen "Dongeng Kampung Kecil". Instagram: @bungsalamofficial. Blog: nursalam.wordpress.com.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Belajar Memahami ala Jenderal Nagabonar

8 Maret 2021   02:08 Diperbarui: 8 Maret 2021   21:58 1726
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kover buku "Why Men Don't Listen" versi bahasa Indonesia/Foto: Ufuk Publishing House

Nagabonar Jadi 2, film komedi situasi yang apik itu juga mengusung nilai nasionalisme dan religi yang, awalnya aku kira akan terlalu basi atau menggurui, digarap dengan ringan dan renyah dicerna dalam senyum dan tawa. 

Terobatilah kekecewaan saat mengantre di loket tiket ketika hanya mendapat bangku kosong di deret terdepan, yang berarti harus membuat otot leher bekerja lebih keras menegakkan kepala agar kuat mendongak selama kurang lebih dua jam durasi film.

Sama seperti buku, hematku, film yang baik adalah yang dapat menginspirasi kita berbuat lebih baik atau mendapat pencerahan. 

Ibarat makanan, ia bukan camilan (snack) yang sekadar habis tandas di piring dan berakhir di kolon atau usus besar kita. Tapi ia selayaknya gado-gado yang jejak rasanya (after-taste) tetap tertinggal di lidah. Ia selalu membuat kita ingin kembali mencicipi. Lagi dan lagi.

Aku tertarik menyelami logika Nagabonar, tokoh rekaan karya Asrul Sani yang konon terinspirasi dari kisah hidup Jenderal Mayor Timur Pane di Sumatra Utara semasa Revolusi Kemerdekaan 1945. 

Sebagai sastrawan yang juga turut angkat senjata di era Revolusi Kemerdekaan, tentu almarhum Asrul Sani mafhum betul perihal suasana batin rakyat Indonesia saat itu dan pernak-pernik kehidupan revolusi. 

Dengan dukungan akting Deddy Mizwar, aktor senior langganan peraih Piala Citra, Timur Pane, tokoh pejuang mantan pencopet yang membentuk laskar pejuang bernama Barisan Marsose (terdiri dari para pencopet dan pencoleng) itu terasa hidup kembali dan begitu nyata. 

Mengerti dan memahami

Nah, "mengerti" tampaknya lebih dekat dengan mengetahui, yang mensyaratkan wawasan detail teknis atas suatu hal. 

Sementara "memahami" lebih karib dengan nilai rasa atau empati atas sesuatu. Bisa jadi keduanya bersatu dalam diri seseorang. Bisa jadi keduanya terlerai. Toh, keduanya adalah dua hal yang berbeda. 

Barangkali inilah yang dapat menjelaskan mengapa di era 2000-an sempat viral berita seorang janda tua beranak sebelas di sebuah desa di Jawa Tengah yang sanggup seorang diri membesarkan kesemua anaknya menjadi sarjana dan orang sukses. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun