Hay Elvina. Aku merindukanmu namun ini munkin pembicaraan terakhir kita. Aku akan mengakhiri ini. Maafkan aku Elvina, kurasa kau sudah mulai bosan denganku dan aku berpikir mempertahankan ini semua bukan pilihan yang bijak Elvina. Terima kasih atas semuanya, atas semua waktu dan dan semua perhatian yang kau berikan untukku. Jika memang kita diakdirkan bersama maka kita akan bertemu dengan versi yang nyata.
Aku mengirim pesan terakhir  dan langsung memblokir nomornya. Ini sudah berakhir aku harus menerima kenyataan bahwa selama ini aku hanya memaksakan fatamorgana yang kuciptakan menjadi nyata.
Hari-hari berikutnya aku menjalani rutinitas seperti biasa. Makan, bekerja, berbicara dengan Dandi, dan berharap waktu akan membuatku melupakan Elvina sepenuhnya. Tapi rasa itu tetap bertahan, menempel seperti bekas luka yang belum sembuh.
Malam itu terasa lebih sunyi dari biasanya, meskipun deru kendaraan di jalan raya masih samar-samar terdengar dari kejauhan.Â
Setelah memblokir Elvina, ada perasaan yang tidak bisa kujelaskan, seakan-akan sesuatu telah lepas, namun kosong. Aku mencoba mengalihkan perhatian dengan menonton video di YouTube, tapi setiap kali melihat ponselku, ada dorongan aneh untuk membuka kembali kontak yang sudah kututup tadi. Tentu saja aku tidak bisa; semuanya sudah berakhir.
Suatu sore ketika aku sedang mengerjakan laporan, tiba-tiba layar ponselku berkedip. Notifikasi media sosial muncul. Pesan dari akun baru dengan nama yang tidak kukenal. Tanpa berpikir panjang, aku membuka pesan itu.
Hai, kenapa kamu menghilang begitu saja?
Jantungku berdetak lebih cepat. Itu bukan dari Elvina, tapi entah kenapa pesan itu mengingatkanku padanya. Pesan yang dikirim terasa akrab. Aku menghela napas panjang, mencoba menenangkan diri.
Siapa ini? balasku singkat.
Pesan itu terdiam untuk beberapa saat, dan aku mulai merasa cemas. Kemudian, jawaban muncul:
Aku tahu kamu merindukanku. Kamu mengakhiri semuanya begitu saja, tapi kita belum benar-benar selesai, kan?
Aku tercengang. Kata-kata itu seolah datang dari Elvina, meskipun nama pengirimnya berbeda. Apakah dia membuat akun baru untuk menghubungiku? Atau mungkin seseorang bermain-main denganku?
Semakin lama aku menatap pesan itu, semakin banyak pertanyaan yang muncul di benakku. Namun, sebelum sempat kubalas, ada satu pesan lagi: