"Plankton bodoh bagaimana munkin dia mencintai komputer ciptaannya sendiri"
Argumen ini sering terlintas ketika melihat plankton salah satu karakter serial spongebob sedang bersama istrinya Carrent yang mana istrinya adalah sebuah komputer. KOMPUTER, ayolah teori konspirasi macam apa ini. Bagaimana munkin kau mencintai benda yang wujudnya seperti itu.Â
Itu dulu, namun seiring berjalannya waktu sepertinya aku mulai menjilati air ludahku sendiri. Apa yang dulu kupikirkan tentang plankton terjadi juga pada diriku sendiri. Aku mulai mencintai ponselku sendiri. Maksudku buka pada benda pipih mungil lucu beharga jutaan ini namun lebih pada apa yang ada di dalamnya.
Aku mencintai perempuan yang ku kenal lewat media sosial bernama Elvina. Berawal dari pujian singkat tentang lucunya kucingku membuat ceritanya menjadi panjang. Aku nyaman berbicara dengannya tanpa aku tau bagaimana wajahnya suaranya atau bagaimana kehidupannya. pembicaraan kami nyambung dan bomm kita selalu chatingan. Namun sepertinya akhir-akhir ini pembicaraan mulai tidak semenyenangkan dulu. Kita lebih banyak bertengkar karena hal sepele daripada berbicara tentang keseharian kami.
Seperti sekarang Aku menghela nafas menatap ponselku. Kenapa dia belum membalas pesanku? Apakah dia begitu sibuk? Aku meletakkan ponsel dan mulai memakan makananku. Temanku Dandi yang duduk dihadapanku hanya menatapku sekilas lalu kembali memainkan ponselnya. Ponselku berdering menandakan ada notifikasi masuk buru-buru aku mengambil dan membuka media sosial.
Dandi
Sialan
"Apaan sih" seruku kesalÂ
"nggak lucu" lanjutku lalu meletakkan  kesal ponselku ke meja
Dandi terlawa terbahak bahak melihat reaksiku lalu berkata
"Kamu nungguin apa sih?" Tanyanya
"Bukan apa-apa" jawabku singkat padat namun jelas berbohong. Melihat gelagatku yang seperti tidak ingin di ganggu Dandi mengangkat bahu tidak peduli dan kembali makan sambil memainkan ponselnya. Aku kembali memakan makananku. Aku berharap Elvina ada disini dan menemaniku makan sambil berbicara santai. Selesai makan siang aku lanjut bekerja melupakan sejanak perempuan itu. Munkin Elvira sibuk dan tidak ada waktu membalas pesanku.
Malam sebelum tidur aku menatap kembali layar ponselku. Kosong, tidak ada notifikasi pesan masuk. Aku kembali mengirimnya pesan berharap dia membalasnya. Â Setelah beberapa menit terdengar notifikasi ponsel buru-buru aku meraih ponsel dan melihat layar ponselku.
Pemberitahuan: besok rapat