Fundamentalisme memang mengandung persoalan dan mengundang perdebatan kalangan akademisi.Alasan keberatan utama karena istilah tersebut berasal dari tradisi kristen.Dalam Islam, fundamentalime sering diidentikkan dengan upaya menegakkan kembali syariat secara ketat dan menolak sekularisme. Hal ini menunjukkan bahwa fundamentalisme adalah fenomena lintas agama dan budaya.Oleh karena itu,mereka yang tidak sepakat dengan istilah tersebut lebih senang untuk menggunakan istilah islam politik
2. Latar Belakang Fundamentalisme Agama
Abad ke-20 dalam Protestanisme Amerika sebagai respons terhadap modernisasi dan kritik terhadap kebenaran alkitabiah, serta perkembangan penerapannya pada gerakan keagamaan lain sebagai respons terhadap globalisasi, modernisasi, dan kegagalan sistem sekuler, dengan penekanan pada pemurnian doktrin dan prinsip-prinsip dasar agama.Â
Kehidupan beragama seringkali melahirkan sikap fundamentalisme merupakan suatu perkara polemikal bagi umat beragama. Ada juga yang cenderung melihat fundamentalisme dalam makna yang peyoratif atau negatif. Namun ada juga yang bangga dengan sebutan itu, karena fundamentalisme dianggap sebagai kehormatan; sebab secara harfiah dapat diartikan sebagai orang atau kelompok yang taat dan patuh pada doktrin dan ajaran agamanya.
Namun disisi lain, Fundamentalisme seringkali dihubungkan dengan sikap kebergamaan yang ekslusif dan absolut, tertutup, intoleran, dan terkadang mengklaim kebenaran sendiri serta menafikan kebenaran dari pihak lain.Karen Armstrong, dalam pelacakan histories-sosiologisnya, menemukan bahwa akar-akar fundamentalisme secara umum lahir di penghujung abad ke-15 M. Ketika Raja Ferdinand dan Ratu Isabelle, dua penguasa Katolik, berhasil menaklukkan Negara-kota Granada pada tahun 1492, mereka memaksa kaum Muslim dan Yahudi untuk pindah agama, dideportasi atau diinkuisisi.Â
Korban utama inkuisisi di Spanyol tersebut adalah kaum Yahudi. Saat itulah kaum Yahudi memberikan respon berupa gerakan-gerakan fundamental (radikal atau ekstrem) yang menjadi prototype gerakan fundamental lainnya hingga dewasa ini.
3. Ciri-Ciri Fundamentalisme Agama
Gerakan fundamentalisme agama memiliki beberapa karakteristik utama, antara lain:
Penafsiran literal terhadap kitab suci. Kaum fundamentalis menolak tafsir kontekstual dan memegang teks agama secara harfiah.
Sikap eksklusif dan fanatik. Mereka meyakini hanya pandangan kelompoknya yang benar, sementara kelompok lain dianggap sesat.
Penolakan terhadap modernitas. Modernisasi dianggap penyebab kerusakan moral dan melemahkan nilai-nilai agama.
Kecenderungan politisasi agama. Fundamentalisme sering kali berusaha menjadikan agama sebagai dasar negara atau ideologi politik.
Militansi dan radikalisme. Dalam beberapa kasus ekstrem, fundamentalisme dapat melahirkan tindakan kekerasan atau terorisme atas nama agama.