Mohon tunggu...
Nuriah Muyassaroh
Nuriah Muyassaroh Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

Penulis adalah mahasiswa Universitas Negeri Malang jurusan akuntansi yang menekuni dunia kepenulisan baik fiksi maupun non fiksi. Penulis juga berpengalaman menjadi penulis freelance di salah satu media online.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pengabdian di Tanah Pelosok

2 Februari 2019   21:50 Diperbarui: 2 Februari 2019   22:06 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Eh kalian mau ke manaa.....??" Panggilku. Namun, tidak digubris. Aku memberi isyarat pada Adev untuk mengikutinya keluar. Adev pun segera bergerak cepat. Aku beralih membantu yang perempuan menyelesaikan kerajinan mereka. Namun, setelah selesai, mereka justru ikut keluar mengikuti Dimas, Cahyo dan Adev yang tak kunjung kembali ke kelas. Aku memejamkan mata sesaat, berusaha menahan amarah. Aku juga sempat kesal mengapa Adev justru ikut tak berhasil mengajak mereka kembali masuk.

Beberapa menit kemudian, Adev muncul. Sepertinya dia mampu membaca kegelisahanku.

"Tenang, mereka sedang menghias vas bunganya. Di depan kelas, banyak bunga dan tanaman lain yang bisa mereka buat tambahan hiasan. Hasilnya bagus sekali. Di luar ekspektasi kita..."Ujarnya menghibur.

Ternyata benar, mereka kembali ke kelas dengan membawa vas bunga hasil kreasi mereka. Sesuai dengan perkataan Adev, vas bunga mereka jauh lebih cantik. Aku sungguh tak menduga mereka bisa kreatif seperti itu.

"Kak Haniaa.... lihat punyaku....."Panggil Nia dengan memperlihatkan hasil kreasinya. Begitu pun dengan yang lain.

"Wah.. bagus bagus sekali.... kalian kreatif. Kerajinannya bisa kalian bawa pulang ya, kalian tunjukkan sama orang tua kalian kalau ini hasil karya kalian."

Mereka pun bersorak dengan riang. Kegiatan belajar mengajar pun ditutup dengan doa. Hari ini tak terasa berlalu begitu saja. Melewati hari bersama mereka sungguh sangat menyenangkan walaupun sedikit menguras kesabaran. Namun, yang membuatku bahagia adalah mereka memiliki semangat tinggi untuk belajar meski di sekolah mungil seperti ini, yang jauh dari perhatian pemerintah.

"Sampai ketemu minggu depan Kak Hania dan kak Adev..."

***

Kehidupan selalu menyibakkan makna. Penuh misteri dan teka-teki yang sama sekali tak mampu diprediksi. Sebagaimana aku yang sama sekali tak mengira jika akan pengabdian di tempat terpelosok seperti ini? Dengan keadaan sekolah dan anak-anak yang memperihatinkan.

Bagaimana tidak? Sekolah ini hanya terdiri dari satu bangunan yang terletak di sepetak tanah yang lebih tinggi dari pemukiman penduduk. Hanya dibatasi pagar yang mengelilingi. Di luar pagar, tanah jauh lebih rendah dengan jalur menurun. Berhimpitan dengan sawah yang seolah berada di dalam jurang.Tentu ini sangat membahayakan. Ditambah mereka tipikal anak-anak hiperaktif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun