Fokus Teori: Pembelajaran PAI di sekolah umum masih sering fokus pada pengetahuan teoritis (kognitif). Siswa tahu tentang jujur, tapi belum tentu jujur saat ujian. Â
Kurang Praktik: Aspek penghayatan dan pengamalan (berperilaku) sebagai gaya hidup (way of life) jarang ditekankan secara masif. Akibatnya, PAI tidak menjadi panduan hidup yang utuh. Â
Waktu Terbatas: Alokasi waktu PAI yang sedikit dianggap tidak cukup untuk membentuk kepribadian Muslim yang utuh dan holistik.
3. Sekolah Lebih Mementingkan Duniawi
Sistem sekolah umum menghadapi dilema besar:
Tekanan Lulus & Kerja: Sekolah, terutama SMA/SMK, memiliki tuntutan kuat untuk menyiapkan siswa agar lulus, masuk perguruan tinggi, atau segera dapat pekerjaan. Ini adalah orientasi duniawi yang kuat. Â
Lupa Akhirat: Penekanan yang berlebihan pada urusan dunia ini membuat konsep keseimbangan dunia dan akhirat yang diajarkan Islam berpotensi terabaikan. Â
Fokus Ganda: Sekolah berusaha keras mengembangkan ilmu umum (untuk bersaing) dan moral/agama. Fokus ganda ini sering menimbulkan tantangan besar untuk mencapai tujuan pendidikan Islam secara menyeluruh.
Secara keseluruhan, kurikulum sekolah umum telah berhasil menanam benih tujuan pendidikan Islam. Tujuannya sudah bagus, yaitu membentuk siswa menjadi manusia yang beriman, berakhlak mulia, dan seimbang antara urusan dunia dan akhirat..Namun, benih ini belum bisa tumbuh merata dan kuat di seluruh sekolah.
Oleh karena itu, keberhasilan PAI yang sejati akan tercapai jika kurikulum berhasil membuat ajaran agama menjadi "jiwa" yang mengalir dan menyatukan seluruh mata pelajaran, bukan hanya sebagai mata pelajaran tambahan, tetapi di  bimbing untuk mempraktikan teori islam didalam kehidupan nyata.
Â