Kurikulum sangat penting karena merupakan fondasi utama pendidikan yang berfungsi sebagai pedoman dalam mencapai tujuan pembelajaran, mempersiapkan siswa menghadapi masa depan, dan mengatur proses belajar-mengajar secara terstruktur. Dengan kurikulum yang relevan, siswa akan memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai yang dibutuhkan untuk berkembang sebagai individu dan warga negara yang kreatif, inovatif, dan bertanggung jawab di tengah dinamika perubahan zaman.
Kurikulum disekolah umum (SD/SMP/SMA/SMK) telah memiliki elemen penting untuk mencapai tujuan Pendidikan islam , terutama melalui mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dan pengembangan karakter siswa/siswi di sekolah. Namun Pelajaran Agama Islam ini belum menyatu sepenuhnya ke semua Pelajaran lain di sekolah.
Kenapa? Karena kurikulum di sekolah umum punya dua focus utama yang kadang tidak efisien,yaitu : focus mengejar ilmu pengetahuan umum dan focus membina moral/agama. Sayanganya, meskipun PAI ini wajib,tetapi perapannya di sekolah sepenuhnya belum berhasil. Sering kali, Pelajaran agama hanya terasa sebagai mata Pelajaran yang berdiri sendiri, tidak menyatu dengan Pelajaran lain. Â Ini yang membuat tujuan Pendidikan Agama Islam secra utuh sulit untuk dicapai.
Tujuan Pendidikan Agama Islam di sekolah Adalah bukan hanya memberikan pengetahuan tentang agama saja, tetapi yang paling utama Adalah membimbing siswa/siswi menjadi pribadi yang beriman, bertakwa dan berakhlaq mulia.
Menumbuhkan Keimanan yang Kokoh
*Siswa/siswi diajak untuk memahami dan meyakini Rukun Iman dan  Rukun Islam sebagai fondasi keyakinan hidup mereka.
* Menghilangkan keraguan dalam diri siswa tentang ajaran agama islam
Melaksanakan Ibadah dengan Benar
*Siswa mampu mempraktikkan ibadah  wajib dan sunnah dan Menanamkan kesadaran bahwa ibadah Adalah kebutuhan, bukan sekedar hanya kewajiban, sehingga siswa mampu melakukan ibadah dengan hati yang Ikhlas.
Membentuk  Akhlak dan Krakter Mulia
*Mengajarkan siswa untuk menerapksn Nilai-Nilai luhur islam (seperti  jujur,bertanggung jawab,disiplin,dan adil) dan Membentuk siswa agar memiliki etika yang baik dalam berinteraksi dengan sesama manusia
Memahami Budaya dan Sejarah Islam
*Mengajarkan siswa untuk mengenal Sejarah perjuangan dan perkembangan Islam dari masa ke masa agar memiliki kebanggaan dan dapat mengambil Pelajaran dari kisah Tokoh-Tokoh Muslim yang sukses.
 Saya dan Banyak Masyarakat berpendapat bahwa Pelajaran Agama Islam (PAI) di sekolah umum, walaupun wajib belum bisa memenuhi kriteria keberhasilan .Masalahnya bukan pada niat  atau tidaknya kurikulum, tetapi pada cara pelaksanaan dalam pembelajaran . PAI cenderung berhasil di atas kertas/teori saja tetapi gagal dalam mempraktikan di kehidupan nyata.
Perbedaan utama antara sekolah umum dan madrasah terletak pada struktur kurikulum, metode pembelajaran, alokasi waktu, dan sistem evaluasi. Di madrasah, kurikulum PAI diterapkan lebih mendalam dan terstruktur, sedangkan di sekolah umum cenderung terbatas dalam alokasi waktu dan cakupan materi. Meskipun demikian, kedua lembaga menghadapi tantangan dalam pelaksanaan kurikulum, seperti kesiapan guru, integrasi teknologi, dan penyesuaian metode evaluasi. Oleh karena itu, diperlukan peningkatan kompetensi guru, pemilihan materi yang relevan, serta pengembangan strategi pembelajaran yang adaptif dan kontekstual agar implementasi Kurikulum Merdeka dalam PAI dapat berjalan optimal.
Berikut Tiga alasan utama mengapa PAI dianggap kurang efektif di sekolah :
 1. Agama Terjebak di Ruang Kelas SajaÂ
 Masalah terbesar PAI adalah ia terlalu terkotak-kotak.                          Â
*Nilai Agama Tidak Menyatu: Nilai-nilai Islam hanya dibahas saat jam pelajaran PAI. Begitu ganti ke pelajaran lain (seperti Matematika atau Sains), nilai-nilai agama seakan hilang. Padahal, tujuan pendidikan Islam adalah agar Tuhan (nilai-nilai ketuhanan) menyatu dalam semua ilmu pengetahuan. Â
*Hanya Tugas Guru PAI: Tanggung jawab moral dan spiritual seringkali dianggap hanya urusan guru PAI. Ini membuat integrasi nilai-nilai Islam ke seluruh mata pelajaran kurang komprehensif.
 2. Terlalu Banyak Menghafal, Kurang dalam PraktikÂ
PAI gagal membentuk kepribadian utuh karena terlalu fokus pada hafalan dan teori.
Fokus Teori: Pembelajaran PAI di sekolah umum masih sering fokus pada pengetahuan teoritis (kognitif). Siswa tahu tentang jujur, tapi belum tentu jujur saat ujian. Â
Kurang Praktik: Aspek penghayatan dan pengamalan (berperilaku) sebagai gaya hidup (way of life) jarang ditekankan secara masif. Akibatnya, PAI tidak menjadi panduan hidup yang utuh. Â
Waktu Terbatas: Alokasi waktu PAI yang sedikit dianggap tidak cukup untuk membentuk kepribadian Muslim yang utuh dan holistik.
3. Sekolah Lebih Mementingkan Duniawi
Sistem sekolah umum menghadapi dilema besar:
Tekanan Lulus & Kerja: Sekolah, terutama SMA/SMK, memiliki tuntutan kuat untuk menyiapkan siswa agar lulus, masuk perguruan tinggi, atau segera dapat pekerjaan. Ini adalah orientasi duniawi yang kuat. Â
Lupa Akhirat: Penekanan yang berlebihan pada urusan dunia ini membuat konsep keseimbangan dunia dan akhirat yang diajarkan Islam berpotensi terabaikan. Â
Fokus Ganda: Sekolah berusaha keras mengembangkan ilmu umum (untuk bersaing) dan moral/agama. Fokus ganda ini sering menimbulkan tantangan besar untuk mencapai tujuan pendidikan Islam secara menyeluruh.
Secara keseluruhan, kurikulum sekolah umum telah berhasil menanam benih tujuan pendidikan Islam. Tujuannya sudah bagus, yaitu membentuk siswa menjadi manusia yang beriman, berakhlak mulia, dan seimbang antara urusan dunia dan akhirat..Namun, benih ini belum bisa tumbuh merata dan kuat di seluruh sekolah.
Oleh karena itu, keberhasilan PAI yang sejati akan tercapai jika kurikulum berhasil membuat ajaran agama menjadi "jiwa" yang mengalir dan menyatukan seluruh mata pelajaran, bukan hanya sebagai mata pelajaran tambahan, tetapi di  bimbing untuk mempraktikan teori islam didalam kehidupan nyata.
Â
Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI