Mohon tunggu...
Nurhaliza Hanalia Putri
Nurhaliza Hanalia Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Sastra Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kirani

17 Juni 2023   10:45 Diperbarui: 17 Juni 2023   10:57 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Yu, langsung saja naik tuan putri," ucapku sembari membukakan pintu mobil untuknya.

"Baik, terima kasih pangeran," Kiran menjawab candaanku.

Perjalanan menuju tempat itu tidak terlalu lama, hanya membutuhkan waktu sekitar kurang lebih 40 menit kita sudah sampai.  Langsung saja aku turun dari mobil dan membukakan pintu lagi untuk Kiran. Aku langsung menggandeng tangannya menuju tempat yang sudah aku persiapkan. Diperlakukan seperti ini, Kiran terlihat malu-malu tetapi tetap menerima perlakuanku.

Aku dan Kiran sudah sampai di tempat yang dituju, aku mempersilakan Kiran untuk duduk terlebih dahulu. Setelah Kiran duduk, aku kembali ke mobil untuk membawa seikat bunga. Aku segera kembali ke tempat Kiran, Kiran terkejut melihatku membawa seikat bunga. Tanpa berbasa-basi lagi aku segera menyatakan perasaanku padanya.

"Kiran? Kamu tau? Semenjak pertemuan pertama kita saat sore itu, aku tidak bisa berhenti memikirkanmu. Memang ini terbilang terlalu cepat untuk aku mengungkapkannya, tapi aku tidak mau berlama-lama lagi. Jadi maukah kamu menjadi kekasihku?" Tanyaku sembari mengulurkan seikat bunga yang sedang aku pegang.

**

Aku tertawa mengingat semua kejadian konyol itu, bagaimana bisa aku menyatakan perasaanku pada perempuan itu saat pertemuan ketiga kalinya? Bodoh memang, jelas saja Kiran menolakku. Aku terlalu gegabah, hatiku terlalu menggebu-gebu untuk segera memilikinya.

"AYAAHHH!!" Teriak seorang anak kecil itu kepadaku.

"Iya kenapa sayang?" Tanyaku sembari memangku anak kecil itu.

"Ibu marah padaku, gara-gara aku tidak ingin meminum obat," adu anak itu padaku.

Oh iya, perkenalkan ini Arzan. Anakku dengan Kiran. Aku akan melanjutkan sedikit ceritaku. Meskipun saat itu aku ditolak Kiran, Kiran masih mau menerimaku sebagai temannya. Lama berteman dengan dia, membuatku semakin mengenal Kiran dan keluarganya lebih jauh. Sekitar tiga tahun dari kejadian tersebut, aku tidak lagi memintanya untuk menjadi kekasihku. Aku langsung saja memintanya untuk menjadi istriku. Kala itu langsung di hadapan keluarganya, aku meminang Kiran menjadi istriku.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun