Mohon tunggu...
Nurhaliza Hanalia Putri
Nurhaliza Hanalia Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Sastra Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kirani

17 Juni 2023   10:45 Diperbarui: 17 Juni 2023   10:57 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Ahh iyaa, namaku Kirani. Panggil Kiran saja ya," jawab perempuan itu yang kini telah ku ketahui bernama Kiran.

Setelah perkenalan singkat itu, mobil masih melaju di jalanan. Sore ini jalanan cukup padat, mungkin karena jam pulang kantor. Orang-orang ingin segera sampai di rumahnya dan beristirahat. Termasuk aku, aku ingin segera sampai di rumah, tetapi tidak tega meninggalkan Kiran sendirian dengan wajahnya yang khawatir.

"Sudah sampai," ucapku membuyarkan lamunannya.

"Ah, iya. Terima kasih Za, mau ikut ke dalam dulu?" Jawabnya berbasa-basi.

"Ah tidak, terima kasih. Aku pamit pulang ya..." Kiran tidak membalas ucapanku, dia hanya tersenyum lalu mengangguk dengan singkat dan langsung pergi begitu saja. Aku memerhatikan dia dari kejauhan, raut wajahnya tak henti menunjukkan kekhawatiran. Entah apa yang ia khawatirkan, tapi semoga urusannya cepat selesai.

Saat ini aku sudah sampai di rumah. Langsung saja aku bergegas untuk membersihkan diri agar badanku kembali segar. Selepas mandi dan sholat magrib, aku mengistirahatkan dulu tubuhku sejenak. Badanku yang lemas kubiarkan untuk terkulai di kasur yang empuk ini. Saat aku mencoba memejamkan mata sejenak, kilasan kejadian tadi tiba-tiba terputar kembali di otakku.

Entah mengapa tiba-tiba wajah Kira memenuhi pikiranku. Sontak saja aku menggelengkan kepala dengan cepat untuk menepis bayangan itu. Namun, tidak bisa. Matanya yang sayu dengan sorotnya yang lembut itu membuat dadaku berdesir. Aku terkekeh, bagaimana bisa jantungku berdebar hanya karena  mengingat pertemuan singkat untuk pertama kalinya dengan perempuan itu?

**

Hari ini cuaca Kota Bandung tak seperti biasanya. Matahari cukup terik memancarkan sinarnya. Karena hari ini juga hari Minggu, aku bersiap untuk pergi Lapangan Gasibu. Rasanya sudah lama aku tidak menggerakan badan untuk olah raga. Pekerjaanku setiap hari hanya duduk di depan layar komputer. Setelah pemanasan, langsung saja aku berlari beberapa putaran memutari Lapangan Gasibu ini. Lumayan, membuatku berkeringat. Sejenak aku beristirahat, aku berjalan ke pinggir lapangan sembari membeli sebotol air mineral.

"Ki-ran?" Sapaku ragu.

"Eh, hai Reza," jawabnya membalas sapaanku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun