‎INDUSTRI Perfilman Indonesia telah berkembang sejak awal abad ke-20 hingga abad ke-21 dan terus mengalami peningkatan kualitas. Dimulai dari film bisu berlayar hitam-putih hingga film berwarna dengan color grading dan audiovisual berkualitas HD. Bidang Perfilman Nasional telah menempuh perjalanan yang sangat panjang hingga dapat dinikmati oleh berbagai kalangan di masyarakat. Penayangan berbasis layar tancap hingga layar lebar bioskop menjadi bukti fenomena budaya tentang betapa besarnya minat masyarakat Indonesia terhadap dunia perfilman, baik sebagai penikmat maupun pelaku.Â
Sebagai produk budaya yang tercipta atas interpretasi para pelakunya, film memiliki pengaruh yang cukup besar bagi perkembangan daya kritis dan integritas suatu bangsa. Khususnya bagi perkembangan nalar kreatif dan nalar kritis anak-anak. Sebagai makhluk audiovisual dengan kepekaan yang tinggi, anak-anak dapat mengembangkan daya kreatif dan moral melalui tayangan kartun animasi yang menarik. Berbagai karakter diciptakan sedemikian rupa untuk menarik minat anak-anak, baik itu karakter manusia, hewan, maupun makhluk fantasi yang tidak ada di dunia nyata.
‎Film animasi terbaru besutan sutradara Ryan Adriandhy bertajuk 'JUMBO' telah menarik perhatian masyarakat umum, khususnya anak-anak. Film yang diproduksi oleh Springboard dan Anami Film ini menghadirkan karakter-karakter yang ikonik, termasuk trio kambing. Dengan citra visual yang unik, karakter trio kambing ternak ini menjadi hal yang istimewa dari elemen penokohan dalam film animasi JUMBO (2025). Apa sajakah?
‎Simak 5 Keistimewaan Trio Kambing dalam Film JUMBO (2025) berikut ini.
‎1. Sebagai Penguat Sosiologis Karakter Nurman
‎Diceritakan dalam salah satu scene, Don (tokoh utama) merasa bersyukur atas kehadiran dua sahabat yang selalu ada untuknya. Salah satu dari dua sahabat itu ialah bocah laki-laki bernama Nurman. Karakter yang diciptakan sebagai bentuk penghormatan kepada tokoh Mahar dalam Film Laskar Pelangi (2008) ini diceritakan berasal dari keluarga menengah ke bawah.Â
Meskipun ia tidak seperti Don yang berasal dari keluarga 'berada', tetapi Nurman selalu membantu Don tanpa pamrih. Ia dapat dijadikan sebagai teladan bagi penonton anak-anak. Selain itu, bocah laki-laki yang suka mencatat keanekaragaman hewan dan tumbuhan dalam sebuah buku kecil itu diceritakan hanya hidup berdua bersama 'Engkong', yang dalam Bahasa Indonesia berarti kakek.Â
Sebagai wujud kesetiaannya terhadap Sang Kakek, sehari-harinya Nurman selalu menjaga tiga kambing peliharaan kakeknya. Dengan ini, maka eksistensi trio kambing tersebut tentulah tidak lepas dari sosiologis tokoh Nurman. Tiga kambing dengan ciri khas visual yang berbeda-beda itu tak dapat dipungkiri telah menjadi penguat narasi tentang status sosial keluarga Nurman.
‎2. Sebagai Pembangun Nuansa Jenaka
‎Sebagaimana uniknya eksistensi karakter hewan dalam tayangan animasi anak-anak, trio kambing juga diciptakan bukan sekadar 'tempelan' belaka. Justru, kehadiran karakter trio kambing inilah yang semakin memikat perhatian penonton anak-anak serta membuat keunikan cerita dalam Film JUMBO ini jadi lebih menonjol. Hal-hal yang dalam realitanya terkesan tidak logis pun bisa diterima sebagai hal yang logis dan lucu bagi anak-anak.Â