Mohon tunggu...
Andi Nur Fitri
Andi Nur Fitri Mohon Tunggu... Konsultan - Karyawan swasta

Ibu dua orang anak, bekerja di sekretariat Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia Komisariat Wilayah VI (APEKSI Komwil VI)

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama FEATURED

Tentang Surga dan Risma

17 September 2018   02:37 Diperbarui: 27 Juni 2019   12:21 3145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Segera setelah izin sang suami keluar, ia pun bergerilya keluar masuk Gang Dolly. Sambil menyeka air matanya, ia tetap melanjutkan ceritanya di meja bundar yang dikelilingi oleh beberapa pejabat daerah dan saya yang tepat berada di sampingnya.  

Berhari-hari melakukan pembongkaran di Gang Dolly, perlawanan sengit pun turut menyala. Hingga di suatu siang, Ibu Risma kembali akan masuk ke Gang tersebut, tetapi ada informasi dari pihak keamanan bahwa usahanya akan dihadang oleh sekelompok masyarakat yang membawa senjata tajam akan menyerangnya. 

Sebagai manusia biasa, ia mengkhawatirkan keadaan aparat yang senantiasa mendampinginya. Ia berinisiatif untuk berhenti di sebuah masjid tepat sebelum kawasan Gang Dolly berada, karena kawanan pemberontak yang mendukung kehidupan Dolly juga sudah siap siaga menyerang. Mereka pun masuk ke dalam masjid tersebut, sementara kendaraan pemerintah kota yang mengiringi tetap terparkir di halaman masjid. 

Tetapi apa lacur, kelompok pendukung Dolly tak seorang pun yang melihat keberadaan kendaraan-kendaraan yang terpakir dalam halaman masjid dan hanya berputar-putar di jalanan diluar masjid tersebut. 

Sementara Ibu Risma dan rombongannya melihat keluar dari dalam masjid. "Sungguh keanehan luar biasa terjadi, karena tak ada satu pun mobil dinas yang hancur, bahkan mobil pribadi saya tak tersentuh sedikit pun"' sambungnya. K

ami pun yang duduk di meja itu turut takjub. Terlihat jelas dari peristiwa ini perpaduan kerja keras dari seorang pemimpin untuk membuktikan kata-katanya dan proteksi keajaiban dari sang Pemilik Kehidupan berpaut. 

Seorang walikota menimpali cerita Ibu Risma dengan kalimat bahwa apa yang dilakukannya jauh lebih besar dan heroik ketimbang apa yang pernah dilakukan oleh beberapa pejabat daerah lain yang dianggap spektakuler dan menjadi headine media-media nasional. 

Dengan enteng Ibu Risma menjawab "saya memang bekerja untuk Tuhan dan SurgaNya pak...bukan untuk yang lain". Kepalaku pun serta merta manggut-manggut pertanda menyepakatinya.

Bukan Ibu Risma jika prestasinya biasa-biasa saja. Suatu malam lepas beberapa pekan idul fitri tahun 1439 H, saya kembali berkesempatan untuk melakukan dinas di kota Pahlawan ini. 

Dalam mobil yang menjemput menuju hotel tempat menginap, malam itu saya memperhatikan Surabaya semakin tampak bercahaya, karena tambahan lampu warna-warni yang menghiasi jalan-jalan dan taman-taman. 

Pandanganku terjatuh pada beberapa meter puing-puing bangunan yang hancur di bahu jalan, sontak saya bertanya kepada supir hal-ihwal bangunan tersebut. Dalam aksen bahasa Jawa yang sangat kental, Pak Edy sang supir menjelaskan bahwa bangunan itu adalah bekas pos polisi dan beberapa lapak kaki lima yang dirobohkan oleh Ibu Walikota untuk pelebaran jalan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun