Mohon tunggu...
Nur Budi
Nur Budi Mohon Tunggu... Lainnya - Tebarkan benih kebaikan... maka akan tumbuh mekar bunga-bunga pahala...

"Dialah yg menjadikan utk kamu bumi yg mudah dijelajahi, maka jelajahilah di segala penjurunya, dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya lah kamu kembali stlh dibangkitkan" (QS Al-Mulk : 15)

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Teror Batu di Rumah Dalu

13 Maret 2021   08:40 Diperbarui: 25 Maret 2023   15:25 1889
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fikar bermain di halaman rumah dinas/dokpri

Sekitar lima hari Inu berada di Jogja dan nampaknya kondisi psikologis sudah membaik, aku jemput dia untuk saya ajak ke Salatiga. Dari Jogja pagi dan mampir untuk ngantor di Magelang. Seharian di kantor Magelang, lemparan batu Kembali terjadi. Yang dilemparkan bebatuan yang berada di dalam lingkungan kantor. Aku lihat, kali ini batu-batu taman yang tertata di pot atau taman. Arah lemparan masih tetap, tertuju ke Inu. Dan setiap kali Inu berada di dekat seseorang, lemparan terjeda. Teman-teman kantor malah menjadikan peristiwa unik ini untuk candaan. Inu jadi bahan rebutan untuk diajak ke ruangan masing-masing bergantian dan lemparan batu menjadi berpindah-pindah ruangan di mana Inu berada.

Sore selepas kantor, aku pulang ke rumah mertua di Salatiga bersama Inu. Seingatku, di rumah Salatiga itu hanya sekali terjadi lemparan saat Inu berada di kamar mandi. Entah benda apa yang dilemparkan. Pagi harinya kami semua mendatangi rumah pak kyai yang beberapa hari sebelumnya berkunjung ke rumah Magelang. Kami dirukyah oleh pak kyai. Hasilnya, menurut pak kyai ada dua benda tertanam di tengkuk Inu yang tidak disukai oleh jin penunggu rumah dinas Magelang. Itu yang menyebabkan arah serangan tertuju ke Inu. Saat itu juga benda ghaib itu berhasil dikeluarkan. Adapun Fikar, menurut pak kyai, ada jin yang selalu mengikuti Fikar ke manapun. Itu yang membuat Fikar sering tidak tenang, rewel. “Owh.. pantas saja” gumamku dalam hati. Beberapa hari menjelang teror batu terbang, setiap malam Fikar selalu rewel, nangis minta naik mobil. Setelah naik mobil keliling kota dan Fikar tertidur, baru kami pulang. Ada kalanya, sesudah putar-putar kota dan Fikar tertidur, saat sampai rumah dia bangun. Terpaksa kami harus kembali mengulang keliling kota. Bahkan dalam semalam, pernah terjadi kami mengeliligi kota Magelang pada rute yang sama sampai tiga kali.

Semenjak dilakukan rukyah oleh pak kyai, semua kembali normal. Tak ada lemparan batu yang meneror keluargaku selama sepuluh harian kualami. Fikar juga Kembali riang, gak pernah rewel. Mulai saat itu, aku membujang sendirian menempati rumah dinas di Magelang. Anak-anak tinggal Bersama kakek-nenek dan bersekolah di Salatiga. Semua berjalan normal, rumah di Magelang terasa sejuk menentramkan. Aku menempatinya sampai setengah tahun kemudian setelah aku mendapatkan SK mutasi dinas ke kota lain Yang masih menjadi tanda tanya di hatiku, mengapa teror batu baru terjadi setelah setahun kami menempati rumah itu….

(Kisah nyata yang kualami tahun 2010….)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun