Mohon tunggu...
Nur Aziza
Nur Aziza Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya seorang yang sangat senang belajar. Dengan mempelajari segala hal membuat saya senang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tradisionalis Menuju Rasional: Perubahan Corak Pemikiran Para Orientalis

15 Desember 2023   13:21 Diperbarui: 15 Desember 2023   13:28 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Tulisan ini akan menggambarkan bagaimana latar belakang perubahan corak pemikiran tradisonalisme menuju pemikiran rasionalisme para orientalis pada abad pencerahan. Secara emplisit tentu kita mengetahu secara mendasar bahwa orientalisme muncul sebagai suatu penolakan orang Barat terhadap Islam sekaligus mengetahui kekuatan yang ada dalam umat Islam dengan tujuan meruntuhkan kekuasaan Islam di dunia Timur. Tak ayal dalam buku Orientalisme karya Edward W.Said memiliki anggapan bahwa "Timur diciptakan untuk Barat", anggapan ini muncul melalui anggapan bahwa bangsa Timur addalah lemah jika dibandingkan dengan bangsa Barat sebagai superioritas. Mengakibatkan bangsa Barat diawal kemunculannya dalam mempelajari dunia Timur condong membabi buta untuk mengkaji, menguasai serta menginterprestasi Timur secara ekstrem dan berlebih lebihan.

Corak Pemikiran Tradisonalis

Pemikiran tradisionalis yang merujuk pada sesuatu yang mengatur keyakinan, nilai, norma dan pandangan hidup yang sejatinya tidak dapat dirubah karena bersifat turun temurun dalam bingkai kehidupan. hal ini dapat menjadi landasan dalam cara pandang terhadap dunia, moralitas, spriritualitas, dan struktur sosial yang berkembang dan bertahan dalam konteks tertentu. Maka para orientalis pada corak tradisionalis ini cenderung tertutup dan sempit dalam interprestasinya terhadap dunia Timur (Islam).

Para orientalis yang memiliki corak pemikiran tradisional banyak didasarkan kepada motivasi agamais, terutama dalam konteks Barat pada abad pertengahan. Pada pemulaannya Islam merupakan kekuatan super power dunia sedangkan bangsa Barat (Kristen) berada dalam drak age (masa kegelapan) dan ketertinggalan yang membuat peradaban bangsa Barat mundur secara signifikan membuat mereka termotivasi untuk menelusuri seluk beluk peradaban Islam yang menjadi pusat peradaban dunia pada masa itu. 

Dunia Timur mengalami kemajuan dan perkembangan intelektual dan ekonomi seiringan dengan datang dan berkembang kepercayaan orang timur tarhadap agama Islam. Islam sebagai suatu kepercayaan agama yang dibawakan dan dipelopori oleh Nabi Muhammad SAW. Nabi Muhamamad SAW yang dalam pandangan orang Barat mendapatkan kepercayaan di dunia Timur dengan sangat mudah serta menjadi tonggak berdirinya Islam itu sendiri tak lepas menjadi incaran para orientalis dalam misinya meruntuhkan dunia Timur. 

 Maka pada kemunculan Islam inilah bangsa Barat (Kristen) menggap Islam sebagai suatu permasalahan dan menjadi problem yang harus diselesaikan mereka. Para kaum intelektual Barat mencoba untuk memperhatikan dengan mendalam pada studi keislaman. Ilmuwan Barat menggap bahwa Islam bukan sekedar doktrin keagamaan melainkan sebagai cikal bakal peradaban, sumber kekuatan, sosial, sistem kepemerintahan serta kebudayaan dan dengan anggapan mereka tidak dapat memandang Islam sebelah mata jika ingin menguasai dunia Timur.


Dengan demikian bangsa Barat harus meneliti dan mengkaji Islam secara mendalam demi menemukan celah dalam mencapai misi nya. Bahkan tak terlepas kemungkinan bangsa Barat menggunakan cara yang tidak jujur dan memutar balikan fakta mengenai Islam dalam motivasi mereka untuk meruntuhkan dan menguasai dunia Timur. Maka para bangsa Barat mencoba membuat interprestasi dan citra buruk terhadap Islam agar dapat meruntuhkan dan menguasai Timur melalui sumber kekuatan terbesar dunia Timur yaitu Islam. 

Hal yang demikian menggambarkan bahwa para orientalis dengan pemikiran yang tradisional memandang dunia Timur sebagai musuh yang harus dimusnahkan, terkhusus meruntuhkan agama Islam yang pada saat itu menjadi pusat peradaban dunia. Pertarungan mengenai doktrin kebenaran agama antar agama Kristen (bangsa Barat) dengan Islam (bangsa Timur). Dengan sikap superioritas bangsa Barat yang menngap dirinya memiliki kekuatan yang jauh lebih tinggi dari agama Islam tidak ingin berada dibawah bangsa Timur itu sendiri. Hal tersebutlah yang membuat bangsa Barat mengkaji dan menliti bangsa Timur dengan tidak jujur dan mengada ngada sebagai bentuk kebencian. 

Atas dasar tersebut dengan sikap persaingan dan kebencian para orientalis mengesamoingkan karya karya yang bersifat rasional dengan membuat karya manipulatif dan tidak masuk akal agar membuat citra Islam di dunia dapat runtuh. Dengan harapan harapan bangsa Timur apat tunduk terhadap bangsa Barat dan mereka dapat menguasai dunia Timur. Banyaknya oknum oknum kolonial Barat yang manipulatif berpura pura menjadi penolong bangsa Timur dan pada kenyataanya mereka hanyalah musuh yang bermuka dua, dengan cara yang halus dan licik mempengaruhi bangsa Barat dengan menjadi penolong tetapi berniat menjatuhkan.

Corak Pemikiran Rasionalis

Corak pemikiran rasionalis merupakan suatu pendekatan filosofis yang menekankan dengan penuh kesadaran peran akal budi, rasio serta penalaran logis sebagai sumber utama dalam menemukan pengetahuan guna mencari kebenaran yang sesungguhnya mengenai pemahaman tentang dunia. Pemikiran yang rasional meyakini nilai pentingnya dedukasi, argumentasi yang logis dan metode (pendekatan) yang ilmiah dalam membangun pondasi pengetahuan.

Berangkat dari definisi tersebut pemikiran yang rasionalis dari para orientalis muncul serta berkembang tepatnya pada abad pencerahan dimana terkait erat dengan perkembangan intelektual dan ilmiah di Eropa pada abad ke-18 dan ke-19. Pada masa ini para orientalis condong menggunakan metode ilmiah serta rasional dalam memahami dan menelaah kebudayaan, agama, dan masyarakat di Timur. 

Pemikiran yang rasional pada abad pencerahan ini didasari dengan adanya revolusi ilmiah yang terjadi pada abad ke-17 dapat menghantarkan perubahan yang cukup signifikan dalam cara bangsa Barat memahami dunia. Pengamatan ilmiah, eksperimen (percobaan) serta penemuan baru dapat menggantikan persfektif tradisonal yang cendering bersifat dogmatis yang berpangkal pada kewenangan (otoritas) agama. 

Para orientalis yang mencoba menggunakan metode yang ilmiah serta melalui pengamatan dan pengalaman langsung dapat terpengaruh bahwa dengan kedua metode yang mereka coba untuk diterapkan dalam memahami dunia Timur maka akan menghasilkan hal yeng lebih sistematis dan hasil objektif dalam penelitian mereka. Selanjutnya mereka mementingkan penelitian serta kritik sejarah dengan secara mendalam. para orientalis tersebut mencoba untuk memahami konteks sejarah serta kebudayaan serta keadaan bangsa Timur. Dengan demikian mereka menjauhkan diri dari cara pandang yang mengandung stereotip berupa dugaan atau persangka persangka yang tidak sesuai dengan kaadaaan yang seutuhnya. 

Dalam hal ini para orientalis memisahkan antara fakta dan mitos dalam proses pengkajian serta penelitian dalam studi mereka. Para orientalis mencoba memahami konteks sejarah yang mengarah dalam mengidentifikasi informasi yang dapat ditemui kebenarannya secara empiris dari konteks lain yang bersifat mitos hal yang tidak masuk akal. Para orintalis yang rasional akan menekankan pada krtitik yang mendalam mengenai historis dalam mendekatin sumber sejarah Timur. Orientalis yang cenderung menggunakan akal budi nya tersebut dapat membuat peningkatan pemahaman terjhadap universalitas niali pada manusia. 

Disamping itu dengan meningkatnya akal budi para orientalis dan cenderung bersifat terbuka mereka mencoba untuk membangun interaksi dengan bangsa Timur dengan lebih jujur dan apa adanya. Dengan interaksi yang dicoba dibangun dengan baik diantara bangsa Barat dan Timur ini memiliki dampak dalam segi pertukaran budaya serta perekonomian (perdagangan) dan dapat mengembakan kemajuan masyarakat di kedua belahan dunia ini. Dengan sikap demikian para bangsa Barat justru menemukan titik terang dalam kebangkitan peradaban baik dari segi politik, keagamaan dan perekonomian. Tidak adanya persaingan mengenai dogma agama membuat mereka menerima keadaan dan cenderung dapat bersikap terbuka dan memfokuskan diri mengembakan dan meningkatkan bangsa mereka sendiri. 

Seiring berkembangnya zaman dan kemajuan pemikiran manusia, para orientalis yang pada mulanya berfokus menjatuhkan Islam serta keinginan bangsa Barat menguasai dunia Timur dengan titik sentral kebencian membuat mereka meneliti dunia Islam secara tidak jujur. Maka pada masa periode abad pencerahan yang ditandai dengan keoptimisan manusia yang tinggi terhadap kemampuan rasio yang dapat menciptakan kemajuan menjadi faktor utama para orientalis merubah cara pandang serta pemikiran mereka terhadap citra Islam. 

Para orientalis mulai membuka pemikiran mereka dengan jujur dan profesional serta objektif dengan arah yang lebih rasional dalam mengkaji Islam untuk pengembangan kualitas intelektual serta secara tidak langsung menemukan kebenaran agama yang lebih dapat diterima dalam kehidupan manusia. Dengan demikian bangsa Barat mulai mengalami kemajuan dalam segala bidang kehidupan mereka. Maka orientalisme terpecah menjadi dua aliran besar yakni orientalisme moderat dan orientalisme ekstrem. Dalam tulisan ini yang menjadi fokus pembahasan adalah corak perubahan pemikiran orientalisme moderat yang ada pada masa abad pencerahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun