1. Daur Ulang Sampah Anorganik
Ke depan, jika Dasawisma ingin meningkatkan nilai ekonomi sampah anorganik maka perlu dijalin kerjasama dengan Dinas Lingkungan Hidup, Lembaga Swadaya Masyarakat, dan atau Perguruan Tinggi terkait tata kelola sampah untuk meningkatkan ketrampilan daur ulang sampah. Plastik dan kertas dapat didaur ulang menjadi produk kreatif, seperti tas, dompet, atau aksesori. Sampah botol plastik dan kaca dimanfaatkan sebagai media tanam untuk urban farming atau dekorasi rumah. Limbah logam diproses untuk dijual kembali kepada industri daur ulang.
Â
2. Kolaborasi dengan Pemerintah dan Swasta
Mendorong pemerintah untuk memberikan dukungan regulasi dan insentif bagi kelompok dasawisma yang aktif mengelola sampah. Mengajak sektor swasta dalam program Corporate Social Responsibility (CSR) untuk mendukung fasilitas daur ulang dan pelatihan keterampilan berbasis sampah anorganik. Bekerja sama dengan lembaga pendidikan dalam penyuluhan tentang bahaya sampah anorganik dan cara mengelolanya secara efektif.
Â
3. Edukasi dan Sosialisasi di Lingkungan RT/RW
Mengadakan pelatihan bagi ibu-ibu tentang cara memilah dan mendaur ulang sampah anorganik yang tepat. Membentuk sistem sanksi sosial bagi warga yang masih membuang sampah anorganik sembarangan. Menggunakan media sosial dan forum lingkungan untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya pengelolaan sampah berbasis komunitas.
Tantangan dan Prospek Keberlanjutan
Meskipun pengelolaan sampah anorganik berbasis dasawisma telah memberikan dampak positif, masih terdapat beberapa tantangan yang perlu diatasi, seperti:
Minimnya Fasilitas Daur Ulang: Banyak wilayah di Yogyakarta belum memiliki tempat pengolahan sampah anorganik yang memadai.