Mohon tunggu...
Nurainun Mangunsong
Nurainun Mangunsong Mohon Tunggu... Dosen ASN

Menulis dan Mengabdi

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Krisis Sampah di Yogyakarta dan Upaya Pengelolaan Sampah Anorganik Berbasis Dasawisma

21 Februari 2025   14:30 Diperbarui: 22 Februari 2025   11:45 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

B. Fokus Mengurangi Sampah Anorganik

Fokus utama dalam pengelolaan sampah anorganik adalah mengurangi jumlah sampah dengan memilah dan memilih antara sampah yang memiliki nilai ekonomi dan yang tidak. Sampah bernilai ekonomi, seperti botol plastik, tutup botol, kaca, dan kardus, dikumpulkan secara terpisah agar dapat dimanfaatkan lebih lanjut.

Para ibu rumah tangga berperan aktif dalam proses ini dengan memilah sampah sesuai dengan kategorinya. Pemilahan dilakukan secara terorganisir dalam kelompok yang telah ditugaskan, khususnya pada minggu ketiga setiap bulan. Sampah yang berhasil dikumpulkan kemudian dijual, dan hasil penjualannya diserahkan kepada Bendahara kelompok dengan laporan rinci terkait jumlah dan nilai penjualan.

Setiap bulan, hasil dari penjualan sampah ini mampu menghasilkan sekitar Rp50.000,-. Pendekatan ini dinilai lebih realistis dibandingkan dengan mengandalkan jasa pengambilan sampah yang memerlukan biaya tambahan dan sering kali tidak dilakukan secara rutin. Selain itu, cara ini juga menjadi solusi efektif untuk mengurangi kebiasaan membakar sampah di lingkungan rumah tangga, sehingga dapat membantu menjaga kebersihan serta mengurangi dampak negatif terhadap kesehatan dan lingkungan.

C. Penanganan dengan Kelompok Terjadwal;

Untuk memudahkan realisasi pengelolaan sampah, penanganan sampah dilakukan dengan membentuk kelompok yang dibagi secara proporsional dan dibuat dengan piket terjadwal. Jadwal ditentukan pada minggu ketiga dengan perhitungan pada 3 minggu itu sampah anorganik sudah terkumpul;

D. Bank Sampah Dasawisma: Menjadikan Sampah Bernilai Ekonomi dan Sosial

Untuk mendorong tanggung jawab dalam pengelolaan sampah secara mandiri, diperlukan kesadaran kolektif. Kesadaran ini berawal dari pemahaman bahwa sampah bukan sekadar limbah, melainkan aset ekonomi dan lingkungan yang memiliki nilai keberlanjutan.

Sayangnya, masih banyak masyarakat yang memilih solusi instan dengan membakar sampah tanpa menyadari dampak negatifnya terhadap tanah, air, serta kesehatan manusia di sekitarnya. Polusi yang dihasilkan dari pembakaran sampah dapat merusak ekosistem dan meningkatkan risiko gangguan pernapasan serta penyakit lainnya.

Konsep Bank Sampah hadir sebagai solusi inovatif dengan menjadikan sampah sebagai lumbung ekonomi, lingkungan, dan kesehatan. Melalui pendekatan ini, sampah tidak hanya dikelola dengan lebih baik, tetapi juga dapat diubah menjadi investasi jangka panjang yang memberikan manfaat berkelanjutan bagi masyarakat dan lingkungan.

Langkah ke Depan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun