Mohon tunggu...
E. Niama
E. Niama Mohon Tunggu... Psikologi dan Pendidikan | Penulis Lepas | Pengamat Kehidupan dan Pendengar Cerita | Serta Seorang Intuitive Thinker

Pengamat dan penganalisa kehidupan yang percaya pada kekuatan kata. Sebagai lulusan Psikologi dan tentor akademik, saya terbiasa membaca dinamika manusia dari berbagai sisi. Menulis bagi saya adalah ruang kontemplasi sekaligus cara berbagi makna.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Fenomena Sawan Penyakit Gaib yang Ada di Jawa

5 Mei 2025   11:41 Diperbarui: 5 Mei 2025   11:43 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak-anak mengalami gangguan sawan, Sumber Gambar: Gambar dihasilkan oleh AI Bing Image Creator dari W

Fenomena gangguan sawan sering terjadi pada masyarakat Jawa Meskipun ilmu medis modern telah berkembang pesat, kepercayaan akan sawan masih bertahan, terutama di pedesaan. Sawan adalah gangguan dari makhluk halus dan mistis yang muncul setelah seseorang melihat jenazah, menghadiri pernikahan atau mengunjungi tempat angker. uniknya gsngguan sawan ini masih ada sampai sekarang terutama pada Masyarakat Jawa.

Asal-usul Gangguan Sawan di Jawa

Sawan bukanlah penyakit yang bisa dijelaskan dalam dunia medis, tetapi dalam sistem kepercayaan masyarakat Jawa, sawan dianggap sebagai kondisi yang muncul karena gangguan dari makhluk gaib atau energi mistis. Konsep ini berakar dari kepercayaan animisme dan dinamisme yang sudah lama ada di Nusantara jauh sebelum masuknya agama-agama besar.

Orang Jawa zaman dahulu percaya adanya sosok penunggu dan energi kuat di berbagai tempat.. Dalam kepercayaan kuno masyarakat meyakini bahwa ada sosok lain yang hidup berdampingan dengan manusia seperti arwah atau ruh leluhur, dan makhluk-makhluk halus sejenis memedi, lelembut, tuyul, demit, serta jin yang tinggal di sekitar tempat manusia tinggal. Menurut penghayatan mereka, sosok-sosok halus tersebut bisa memberikan keberuntungan, bahagia, kententeraman, atau selamat, tetapi juga bisa sebaliknya dapat pula menjadikan gangguan pikiran, kesehatan bahkan kematian.

Antropolog Koentjaraningrat pada tahun 1984 dikutip dari Sabda: Jurnal Kajian Kebudayaan, volume 8 no 1 juga menjelaskan adanya unsur sinkretisme yaitu penggabungan  agama nenek moyang dahulu (animism, dinamisme), Hindhu, Budha, Kristen dan juga ajaran sufistik Islam. yang mempengaruhi corak kebudayaan agama di tanah jawa yang lebih dikenal dengan istilah "Kejawen"

Hal tersebut juga sejalan dengan penjelasan Kodiran dalam bukunya "Kebudayaan Jawa" 2010.  Kejawen adalah suatu keyakinan mistik atau adanya keyakinan terhadap roh makhluk halus, hal-hal bersifat klenik atau kekuatan supranatural yang kuat yang dapat menyebabkan keberuntungan, kerugian, penyakit atau malapetaka. Maka jika ingin terhindar dari hal-hal marabahaya harus melakukan ritual khusus sepeti menyajkan sesajen, berselametan, berpantang melakukan perbuatan atau makan sesuatu.

Dengan ini kenapa Masyarakat Jawa terutama di pedesaan masih sangat meyakini adanya gangguan sawan, tidak lain karena pengaruh sinkretisme kejawen terhadap keyakinan bahwasanya penyakit ataupun sakit bisa disebabkan oleh gangguan mahluk tak kasat mata.

Jenis-jenis Sawan yang Ada di Jawa

Seorang  praktisi ahli pengobatan kejawen Daimah dari Sukosono Jepara Jawa Tengah, melalui wawancara penelitian tahun 2022 Universitas Islam Negeri Walisongo menyebutkan bahwa "Sawan mempunyai banyak jenis. bahkan ada ratusan jenis sawan. yang membedakan itu berdasarkan penyebabnya, Jika melihat orang meninggal maka mengalami sawan mayit, jika mengusir kucing maka mengalami sawan kucing, jika melihat bangkai tikus maka mengalami sawan tikus dan banyak lagi jenisnya sesuai dengan penyebabnya"

Meskipun ada banyak penyebab seseorang dapat terkena sawan, namun yang umum dialami anak-anak ataupun beberapa orang dewasa biasanya: sawan mayit : terjadi setelah seseorang melihat jenazah atau menghadiri pemakaman. sawan manten : dialami setelah menghadiri pernikahan. sawan bangkai : Muncul setelah melihat bangkai binatang tertentu seperti kucing atau tikus, sawan tempat angker : terjadi setelah mengunjungi lokasi yang dianggap memiliki energi mistis, seperti pohon tua, makam, atau sungai tertentu.

Praktik Pengobatan Tradisional untuk Sawan

 Dalam budaya Jawa, sawan bukan hanya sebatas kepercayaan, tetapi juga diikuti oleh serangkaian praktik pengobatan tradisional. Metode umum yang dilakukan adalah pijat yang dilakukan oleh dukun pijat yang mempunyai keahlian dalam mengobati sawan ataupun praktisi pengobatan kejawen yang biasanya menggunakan sembur sebagai metode pengetahuannya seperti yang dilakukan oleh Daimah dalam rumah praktiknya di Jepara yang bernama "Daimah Bibir Sembur".

Tidak hanya pijat atau sembur metode lain yang digunakan dalm mengobati gangguan sawan yakni menggunakan tumbuhan herbal seperti dari kunyit, akar seribu, dlingo, bangle, adas, kapulaga, kemukus, kayu secang, kayu angin, bawang putih, kembang macanan. Yang mana tumbuhan-tumbuhan tersebut dihaluskan dan dibudurkan ke ubun-ubun kepala, telinga, tangan dan telapak kaki.

      Dalam jurnal Tradisi Pengalungan Jimatkalung Benang Pada Bayi Di Desa Pangkalan Kecamatansobang(Kajianliving Hadis) vol 3:6 menyebutkan agar terhindar dari marabahaya ataupun gangguan semacam sawan sebagian orang tua di Jawa memakaikan anaknya semacam jimat seperti kalung yang berisi mantra ataupun doa dan juga gelang sawan yang sekarang ini banyak dijual secara offline maupun online.

Sawan dalam Sudut Pandang Medis

Dalam dunia medis, sawan tidak diakui sebagai penyakit spesifik, tetapi gejalanya sering kali bisa dijelaskan melalui ilmu kesehatan. Banyak kasus yang dianggap sebagai sawan dalam kepercayaan Jawa sebenarnya dapat dikaitkan dengan kondisi medis yang sudah dikenal, terutama yang berkaitan dengan sistem saraf, gangguan perkembangan anak, serta faktor psikologis dan lingkungan.

  • Sawan mayit, sering dikaitkan dengan perasaan tidak enak badan setelah menghadiri pemakaman. Dari sudut pandang medis, ini bisa disebabkan oleh stres psikologis, adanya. kecemasan atau stres saat menghadapi kematian yang dapat menyebabkan gejala seperti hiperventilasi, pusing, hingga psikosomatis. Selain itu faktor  kelelahan, atau bahkan infeksi bakteri dari lingkungan sekitar jenazah.
  • Sawan yang dialami bayi atau anak-anak, yang dalam duna medis dapat dijelaskan sebagai kolik (kondisi perut kembung dan nyeri yang menyebabkan bayi menangis tanpa henti), Gangguan Sensorik atau Hiperstimulasi (Bayi bisa merasa tidak nyaman jika mengalami perubahan suhu mendadak, suara bising, atau terlalu banyak interaksi fisik), adanya infeksi virus atau bakteri seperti flu, pilek, atau infeksi telinga yang menyebabkan anak demam.
  • Sawan sambang dalan (Sawan karena Perjalanan) dikarenakan Motion Sickness (Mabuk Perjalanan), Jet Lag atau Kelelahan Fisik, serta terpapar udara dingin yang menyebabkan infeksi. 

Banyak kasus sawan yang membaik setelah diberi ramuan tradisional, tetapi sebenarnya hal ini bisa disebabkan oleh pemulihan alami tubuh atau efek obat medis yang bekerja secara bertahap. Oleh karena itu, kombinasi antara pengobatan medis dan tradisional sering dianggap sebagai pendekatan yang seimbang dalam menangani sawan. Studi penelitian Nur Aini Niamah tahun 2022 "Fenomena Sawan pada Masyarakat Jawa dalam Perspektif Psikologi Indigenous (Studi Fenomenologis di Desa Mutih Kecamatan Wedung Kabupaten Demak)".

Mengapa Fenomena Sawan Terus Terulang Pada Masyarakat Jawa

Istilah "sawan" memang lebih dikaitkan dengan kepercayaan tradisional oleh orang Jawa. di daerah lain lain memiliki konsep dan istilah lain terkait penyakit atau gangguan yang disebabkan oleh mahluk gaib dan mistis seperti kerasukan,atau kesambet atau istilah lainnya. Namun sawan yang ada di Jawa tetap memiliki konsep yang berbeda dengan kerasukan atau kesambet. Sawan yang dialami anak-anak dan beberapa orang dewasa penyebabnya bukan karena ada mahluk halus yang merasuki jiwanya. Namun lebih ada sesuatu gaib atau mistis yang dipercaya mengganggu atau membuat sengkala, tapi tidak sampai merasuki jiwanya.

Sawan bertahan karena ada transmitransmisi sosial : keyakinan kuat pada Masyarakat Jawa terhadap adanya gangguan sawan sawan karena pengaruh dari adanya adat dan budaya yang sudah dari leluhur turun temurun. Hal ini juga yang disampaikan Orang tua zaman dahaulu mempengaruhi pola pikir dari ibu saat ini. ibu-ibu yang saat ini masih mempercayai dan masih melakukan kebiasaan terkait fenomena gangguan sawan karena mencontoh perilaku dari orang tua terdahulu dan juga lingkungannya.

Kepercayaan terhadap sawan juga membuktikan bahwa tidak semua fenomena kesehatan bisa dijelaskan dengan pendekatan medis modern. Dunia kesehatan perlu mempertimbangkan pendekatan budaya dalam memahami gangguan kesehatan, terutama di masyarakat yang masih kuat mempertahankan tradisi leluhur.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun