Mohon tunggu...
Nurul Ain
Nurul Ain Mohon Tunggu... Mahasiswa

Tidak ada yang kebetulan di dunia ini

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Maaf Tuhan

29 April 2025   19:49 Diperbarui: 29 April 2025   19:49 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Maaf, Tuhan,
di sudut malam yang lengang,
aku masih menunduk, memeluk gemuruh yang Kau kirimkan,
belum jua ikhlas aku,
menyulam luka menjadi doa.

Aku tahu,
setiap air mata adalah bagian dari rencana-Mu,
namun hatiku rapuh,
seperti daun kering yang gentar disentuh angin.

Kau tuntun langkahku,
melewati jalan berbatu yang Kau pilihkan,
tapi lidahku kelu untuk bersyukur,
dan dadaku penuh tanya yang berdarah.

Maaf, Tuhan,
aku masih meratap di altar kehendak-Mu,
menggenggam sisa harapan yang seharusnya kuserahkan.
Maaf bila aku mencintai dunia lebih dalam
daripada mencintai takdir-Mu yang sempurna.

Di antara rintik doa yang tersendat,
aku belajar.....perlahan,
menerima hujan sebagai berkah,
dan badai sebagai bentuk cinta-Mu yang keras kepala.

Tuhan,
jika menangisku adalah luka bagi-Mu,
ajarkan aku cara tersenyum dalam pilu,
ajarkan aku cara mencintai kehendak-Mu,
lebih dari apapun yang kupinta,
lebih dari apapun yang hilang.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun