Kasus ekstremnya dikenal sebagai Munchausen by proxy, di mana pelaku membuat orang lain; biasanya anak atau kerabat, terlihat sakit demi mendapatkan perhatian medis dan dukungan sosial.Â
Dalam beberapa kasus, pasien bisa memalsukan hasil tes, melukai diri sendiri, atau mengonsumsi obat tertentu agar timbul gejala.
Jangan Tertukar dengan Malingering
Meski sama-sama melibatkan gejala yang tidak sesuai kenyataan, malingering berbeda karena dilakukan untuk keuntungan eksternal.Â
Contohnya, memalsukan sakit agar mendapat kompensasi finansial, menghindari pekerjaan, atau lolos dari hukuman hukum. Sementara itu, pada factitious disorders, motivasinya bersifat psikologis, bukan materi.
Membedakan somatoform dari factitious disorders bukan perkara mudah. Salah diagnosis bisa berakibat fatal—baik bagi kesehatan pasien maupun hubungan kepercayaan antara pasien dan tenaga medis.Â
Selain itu, salah penanganan dapat memicu pemborosan biaya perawatan, penggunaan fasilitas kesehatan secara berlebihan, hingga beban psikologis bagi keluarga.
Solusi dan Edukasi
Penanganan kasus seperti ini memerlukan pendekatan multidisiplin yang melibatkan dokter, psikolog, dan dukungan keluarga. Edukasi publik juga sangat penting agar masyarakat memahami bahwa pikiran dan tubuh memiliki hubungan yang erat.
Dukungan emosional dan empati dapat membantu pasien somatoform disorders menemukan akar masalah psikologis yang memicu gejala. Sementara pada factitious disorders, pendekatan psikoterapi dan pemantauan ketat diperlukan untuk mencegah perilaku berulang.
Memahami perbedaan somatoform dan factitious disorders membantu kita bersikap lebih bijak terhadap keluhan kesehatan orang lain.Â