Mohon tunggu...
Nuning Sapta Rahayu
Nuning Sapta Rahayu Mohon Tunggu... Guru Pendidikan Khusus/Penulis/Asesor/Narasumber

Guru Pendidikan khusus, Penulis Buku Panduan Guru Pengembangan Komunikasi Autis, aktivis pendidikan dan pecinta literasi

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Lebih Takut Baterai 1%, daripada Akhlak 0%?

27 Juli 2025   13:00 Diperbarui: 27 Juli 2025   09:52 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mulai dari kesadaran diri. Sama seperti kita tahu kapan ponsel perlu diisi, kita juga perlu refleksi kapan hati ini perlu ‘diisi ulang’. Perhatikan pola emosi, kebiasaan berbicara, dan cara menanggapi masalah.

  • Kurangi konsumsi konten toksik. Tak semua konten layak dikonsumsi. Sama seperti kita selektif makan, kita juga perlu selektif menyimak.

  • Prioritaskan empati. Daripada buru-buru berkomentar atau menghakimi, cobalah berempati. Mungkin orang itu sedang mengalami sesuatu yang tak kita tahu.

  • Latih akhlak di kehidupan nyata. Sapa tetangga, bantu orang tua, hadir secara utuh dalam obrolan tanpa sibuk melirik ponsel.

  • Akhlak: Charger Sejati Manusia

    Dalam sebuah ceramah, KH. Mustofa Bisri (Gus Mus) pernah mengatakan, "Kalau HP-mu kehabisan baterai, kamu sedih. Tapi kalau akhlakmu rusak, kamu nggak sadar." Kalimat ini sederhana, tapi dalam.

    Kita begitu panik saat daya ponsel tinggal 5%, padahal daya hidup yang sesungguhnya adalah akhlak. Sebab manusia hidup bukan karena sinyal atau notifikasi, tapi karena nurani dan cinta kasih terhadap sesama.

    Mari Bercermin

    Mari kita tutup dengan pertanyaan ini:
    Jika hidupmu punya indikator baterai akhlak, sekarang kamu di posisi berapa persen?

    Jika jawabannya tinggal 10% atau bahkan 1%, jangan buru-buru mencari powerbank. Carilah waktu untuk diam, merenung, dan mulai memperbaiki cara kita memperlakukan orang lain.

    Karena pada akhirnya, yang menyelamatkan kita bukan jumlah follower, bukan like, bukan gadget tercanggih. Akan tetapi kualitas hati, akhlak, dan kemanusiaan kita.

    HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    4. 4
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
    Lihat Lyfe Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
    LAPORKAN KONTEN
    Alasan
    Laporkan Konten
    Laporkan Akun