Mohon tunggu...
Nuning Sapta Rahayu
Nuning Sapta Rahayu Mohon Tunggu... Guru Pendidikan Khusus/Penulis/Asesor/Narasumber

Guru Pendidikan khusus, Penulis Buku Panduan Guru Pengembangan Komunikasi Autis, aktivis pendidikan dan pecinta literasi

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Kerja Bareng Saudara Jadi Drama? Mending Sama Orang Lain Aja?

26 Juli 2025   18:00 Diperbarui: 27 Juli 2025   06:12 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi konflik kerja bareng keluarga (Sumber: freepik/yanalya)

Awalnya semua terasa menyenangkan; kerja bareng saudara sendiri, bisa saling percaya, gak ribet adaptasi, dan katanya, rezeki bisa ditarik bareng-bareng. Tapi, sayangnya, kenyataan seringkali tak seindah ekspektasi. 

Di balik meja kerja dan rapat keluarga, banyak kisah soal bisnis yang jadi bubar, saudara yang saling diam-diaman, bahkan hubungan darah yang merenggang karena urusan uang dan ego. 

Pertanyaannya, lebih mending mana sih, kerja bareng saudara atau sama orang lain aja?

Ketika Saudara Jadi Rekan Kerja

Di era berkembangnya UMKM dan semangat membangun bisnis keluarga, kerja bareng saudara jadi pilihan yang terasa logis. Banyak yang menganggap, siapa lagi yang bisa kita percaya selain keluarga sendiri?

Tak sedikit bisnis rumahan, toko kelontong, usaha makanan hingga online shop yang dirintis dengan modal kebersamaan keluarga. Konsepnya terlihat sederhana: “aku yang produksi, kamu yang jualan,” atau “kita patungan modal, hasilnya dibagi rata.”

Namun di balik kesederhanaan itu, tak sedikit pula yang terjebak dalam kompleksitas hubungan yang membingungkan: antara kakak dan adik, antara darah dan dana, antara silaturahmi dan strategi bisnis.

Fakta di Lapangan: Saudara Bisa Jadi Sumber Luka

Sebut saja kisah pasangan kakak-adik di Bandung yang membuka usaha katering sehat sejak 2020. Di awal pandemi, mereka cukup sukses menjangkau pasar daring. Tapi, seiring waktu, perbedaan visi dan cara mengelola keuangan membuat usaha merosot. 

Salah satu dari mereka merasa tidak dihargai kontribusinya, sementara yang lain merasa terlalu banyak dibebani. Akhirnya, usaha bubar dan mereka sempat tak saling bicara selama dua tahun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun