Aku pernah duduk di bangku taman, dikelilingi keramaian, tapi merasa sunyi tak bertuan. Aneh rasanya, menghindari sepi, namun justru menarik diri dari hiruk-pikuk.Â
Barangkali, di situlah letak keanehan kita sebagai manusia: tak ingin kesepian, tapi justru sering memilih sendirian.Â
Sebuah paradoks eksistensial yang sunyi tapi ramai, ramai tapi terasa kosong. Apakah kita benar-benar ingin ditemani, atau sekadar ingin dimengerti meski dalam diam?
Kesepian vs Kesendirian: Dua Hal yang Tak Sama
Banyak orang mengira bahwa kesepian dan kesendirian adalah satu paket. Padahal, keduanya berdiri di spektrum yang berbeda.Â
Kesepian adalah kondisi batin, suatu perasaan hampa, terputus, tak dilihat, atau tak dianggap meski kita berada di tengah keramaian.Â
Sementara kesendirian lebih sering merupakan pilihan sadar: sebuah keputusan untuk mengambil jarak dari dunia, demi menenangkan pikiran atau menata ulang diri.
Kita bisa merasa kesepian saat dikelilingi banyak orang yang tidak memahami kita. Sebaliknya, kita juga bisa menikmati kesendirian, duduk di kamar sendiri dengan hati yang penuh, karena merasa cukup dengan diri sendiri.
Mengapa Manusia Memilih Sendirian?
Banyak orang memilih menyendiri bukan karena membenci kebersamaan, tapi karena kelelahan akan ekspektasi sosial.Â