Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah secara resmi meluncurkan Program Kepemimpinan Sekolah (PKS) sebagai kebijakan baru dalam menyiapkan dan mengembangkan pemimpin pendidikan di Indonesia.
Program ini tidak hanya menggantikan peran Program Guru Penggerak dari periode sebelumnya, tetapi juga menawarkan pendekatan yang lebih menyeluruh, terstruktur, dan berbasis praktik nyata.
Regulasi utama yang menjadi dasar pelaksanaannya adalah Peraturan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Nomor 7 Tahun 2025.
Peluncuran PKS menandai dimulainya era baru kepemimpinan sekolah di Indonesia, di mana kepala sekolah, pengawas, dan tenaga kependidikan lainnya akan dibekali kompetensi profesional melalui pelatihan intensif.
Langkah ini dianggap strategis untuk menjawab berbagai persoalan dalam dunia pendidikan, terutama kekosongan jabatan kepala sekolah di ribuan satuan pendidikan negeri yang masih belum terisi secara definitif.
Kekosongan Kepala Sekolah, Tantangan Nyata Pendidikan
Hingga pertengahan 2025, tercatat masih terdapat lebih dari 50.000 sekolah negeri di berbagai jenjang pendidikan di Indonesia yang belum memiliki kepala sekolah definitif.
Kekosongan ini tidak hanya berdampak pada manajemen sekolah yang lemah, tetapi juga memengaruhi kualitas proses belajar mengajar, pengambilan keputusan, dan koordinasi kebijakan pendidikan di tingkat akar rumput.
Melalui Program Kepemimpinan Sekolah, pemerintah berharap setiap sekolah memiliki pemimpin yang tidak hanya memahami administrasi, tetapi juga memiliki kapasitas manajerial, pedagogik, dan kepemimpinan yang kuat.
Skema Pelatihan Berbasis Praktik dan Refleksi
Program Kepemimpinan Sekolah dirancang dalam beberapa tahapan kunci. Setelah memenuhi persyaratan administratif, peserta akan menjalani pelatihan selama 110 jam, dilanjutkan dengan on the job learning di sekolah-sekolah, dan ditutup dengan sesi refleksi serta presentasi praktik baik.
Pendekatan ini memberi ruang bagi para calon pemimpin sekolah untuk belajar langsung dari tantangan di lapangan, bukan sekadar menerima materi teoritis di ruang pelatihan.
Proses refleksi bertujuan memperkuat kesadaran kritis dan inovasi dalam menyelesaikan persoalan nyata di satuan pendidikan masing-masing.
Tak Hanya Kepala Sekolah, Juga Pengawas dan Tenaga Kependidikan
Berbeda dengan pendekatan sebelumnya, PKS juga memperluas cakupannya ke pengawas sekolah dan tenaga kependidikan lainnya.
Artinya, penguatan kapasitas tidak lagi berpusat hanya pada individu kepala sekolah, tetapi melibatkan seluruh ekosistem yang mendukung penyelenggaraan pendidikan.
Dengan strategi ini, diharapkan tercipta sinergi antarpihak yang mempercepat perbaikan mutu layanan pendidikan secara menyeluruh, baik di perkotaan maupun wilayah tertinggal.
Apa yang Berbeda dari Program Sebelumnya?
Jika Program Guru Penggerak sebelumnya menekankan pada penguatan karakter dan inspirasi, PKS mengedepankan kompetensi profesional dan rekam jejak kinerja.
Proses seleksi lebih ketat, berbasis kebutuhan lapangan, dan setiap peserta harus menunjukkan kemampuan mengelola perubahan serta memimpin dengan pendekatan kolaboratif dan berintegritas.
Langkah ini mencerminkan pergeseran paradigma dari sekadar pemimpin administratif menjadi pemimpin transformasional yang adaptif dan tangguh.
Tantangan Implementasi dan Harapan ke Depan
Meski menuai optimisme, pelaksanaan PKS tentu tak lepas dari tantangan. Kesiapan sumber daya manusia, keterbatasan pelatih bersertifikat, serta ketimpangan akses pelatihan di daerah terpencil masih menjadi perhatian serius.
Kolaborasi antara pemerintah pusat, daerah, dan lembaga pendidikan tinggi diperlukan untuk menyukseskan program ini.
Namun demikian, semangat perubahan tetap diusung dengan harapan besar. Pendidikan yang bermutu memerlukan kepemimpinan yang kuat dan berorientasi pada kemajuan peserta didik.
Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW:
“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Program Kepemimpinan Sekolah adalah wujud komitmen baru pemerintah untuk menempatkan kualitas kepemimpinan sebagai fondasi utama pendidikan.
Dengan pemimpin yang terlatih, reflektif, dan bertanggung jawab, transformasi pendidikan Indonesia bukan sekadar wacana, tetapi langkah nyata menuju generasi emas 2045.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI