Bagi saya, menulis itu bukan beban, melainkan hiburan yang menenangkan. Ada kepuasan tersendiri saat bisa merangkai kata, membagikan cerita, atau bahkan sekadar curhat melalui tulisan. Rasanya seperti bisa mengurai benang kusut di kepala.
Lambat laun, menulis juga mempertemukan saya dengan pengalaman-pengalaman baru. Mulai dari masuk media daring, menang lomba menulis, sampai kolaborasi dengan penulis lain. Semua bermula dari hobi yang dijalani dengan hati senang.
3. Ide Datang, Langsung Tulis!
Inspirasi itu licin, kadang muncul tiba-tiba saat nyuci piring, di kamar mandi, atau waktu bengong di angkot. Kalau tidak segera ditangkap, biasanya hilang begitu saja. Karena itu, saya biasakan langsung mencatat ide, walau cuma satu kalimat.
Tulis dulu, jangan terlalu sibuk mikir sempurna atau tidak. Ide yang ditunda sering kali kehilangan greget dan nuansa aslinya.Â
Menunda adalah musuh utama produktivitas. Ingat, kamu bisa menyempurnakan nanti, tapi kalau ide hilang, kadang nggak bisa kembali.
4. Fermentasi Tulisan: Simpan, Diamkan, Sempurnakan
Sama seperti adonan roti yang makin enak setelah didiamkan, tulisan pun begitu. Saya sering menyimpan draft di Word, Google Docs, bahkan Canva. Kadang satu tulisan saya diamkan dulu 1-2 hari sebelum diedit lagi.
Proses fermentasi ini penting. Saat dibaca ulang, kamu akan punya jarak emosional dengan tulisanmu, jadi bisa lebih jernih melihat kekurangan dan memperbaikinya.Â
Tulisan yang bagus bukan yang langsung jadi, tapi yang diendapkan dan diasah perlahan.
5. Mager Ngetik? Gunakan Fitur Catat Lewat Suara