Mohon tunggu...
Nur Laili Rahmawati
Nur Laili Rahmawati Mohon Tunggu... Guru - Guru / Penulis

build your world by writing, then you will find miracles

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Memaknai Falsafah Jawa, Tangga, Tunggu dan Tinggi

20 Oktober 2022   10:30 Diperbarui: 20 Oktober 2022   11:17 340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Manusia adalah makhluk sosial, sehingga manusia tidaklah dapat hidup sendiri. Manusia membutuhkan orang lain dalam kehidupan. Secara fisik tetangga merupakan orang yang memiliki jarak paling dekat dengan rumah kita. 

Dalam kehidupan bermasyarakat keluarga menempati lingkaran dengan interaksi terbanyak dalam kehidupan, dan tetangga adalah lingkaran keduanya. Sehingga kehidupan sosial lingkungan di masyarakat sedikit banyak akan diwarnai oleh serba serbi kehidupan bertetangga.

Tetangga adalah orang atau keluarga yang paling dekat rumahnya dengan kita. Tetangga tidaklah harus saudara ataupun kerabat. Karena jaraknya yang begitu dekat menjadikan tetangga memiliki hubungan dan chemistry yang lebih besar dari saudara atau keluarga kandung yang letaknya lebih jauh dari rumah kita.

Didalam Islam sendiri tetangga dapat diartikan sebagai empat puluh rumah dari setiap penjuru rumah kita. Empat puluh rumah dari sebelah barat, empat puluh rumah dari sebelah utara, empat puluh rumah dari sebelah timur maupun empat puluh rumah dari sebelah selatan adalah termasuk tetangga kita.

Tetangga merupakan orang yang lebih dekat dengan kita setelah keluarga, karena mereka lebih mengetahui ketika kita mendapatkan sesuatu, entah itu kebahagiaan ataupun kesusahan. Saat kita mengalami kesulitan tetangga adalah orang yang paling cepat menolong kita dibandingkan dengan sanak keluarga ataupun saudara kandung yang tinggalnya lebih jauh lagi.

Di dalam falsafah jawa ada istilah tangga, tunggu dan tinggi. Yang dimaksud dengan tunggu adalah kondisi dimana tetangga kita betul-betul menjadi tetangga yang baik, yang selalu mendukung kita, bahkan saat kita tidak ada mereka rela menunggu dan menjaga rumah kita. Tetangga seperti inilah yang disebut tunggu, meskipun hanya hal kecil seperti mengangkat jemuran saat hujan ketika kita tidak sedang berada di rumah.

Sedangkan yang dimaksud dengan tinggi adalah tetangga yang memiliki sifat yang tidak baik. Tinggi adalah nama untuk sejenis hewan yang hidup di sela sela kursi yang memiliki kebiasaan menggigit, entah itu pantat, ataupun paha kita saat kita sedang duduk dikursi. Selain di kursi hewan ini juga hidup disela sela tempat tidur atapun kasur sehingga saat kita tidur kita akan merasa tidak nyaman karena beberapa bagian tubuh kita sering menjadi tempat untuk digigit.

Tetangga seperti ini biasanya memiliki sifat iri, sehingga mereka hanya mencari kesalahan dan kekurangan kita. Bahkan terkadang mereka juga mengadu domba kita dengan menceritakan keburukan kita. Memiliki tetangga seperti ini akan membuat hidup kita tidak tenang, kita akan selalu memenuhi pikiran kita dengan berbagai prasangka yang tidak baik. Selain itu hubungan antar tetangga yang seperti ini bisa menimbulkan suasana yang tidak kondusif, membuat perpecahan, mengurangi rasa nyaman dan menimbulkan rasa ketidaktenangan.

Dengan kita mengetahui tipe tetangga yang ada tersebut akan menjadikan kita lebih bijak dan arif lagi dalam bergaul dengan tetangga.

Kita bisa mempelajari adab bertetangga sehingga ketika kita bertetangga kita akan merasa aman dan nyaman. Selain itu dengan mempelajari adab bertetangga kita akan mengetahui hak-hak tertentu yang dimiliki oleh tetangga kita, meskipun mungkin dalam bertetangga dilatar belakangi dengan banyaknya perbedaan seperti berbeda dalam suku, budaya, karakter, latar belakang keluarga bahkan mungkin perbedaan dari segi ekonomi akan tetapi itu semua tidak menjadikan halangan untuk bertoleransi dengan tetangga.

Marilah kita perbaiki hubungan dengan tetangga kita sehingga kita bisa menerapkan falsafah Jawa dengan menjadi tetangga yang tunggu bukan yang tinggi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun