Â
Dampak Positif Soft Skill di Lapangan
Tenaga promkes yang unggul dengan mempunyai soft skill tersebut akan lebih mampu dalam meningkatkan partisipasi masyarakat terhadap kegiatan kesehatan, menciptakan suasana edukasi yang lebih hidup dan menyenangkan, dan menjadi agen perubahan yang dihargai dan dicintai masyarakat.
Bagaimana Mengembangkan Soft Skill?
Soft skill dapat dilatih melalui pelatihan dan simulasi komunikasi, mentoring dan berbagi pengalaman lapangan, refleksi diri dan evaluasi rutin, serta mengambil peran aktif dalam kegiatan komunitas. Untuk itu, tenaga Promkes harus meng-update kapasitas diri agar mempunyai soft skill yang diperlukan.
Penutup
Di tengah tantangan promkes yang semakin kompleks, tenaga promkes yang memiliki soft skill unggul menjadi aset tak ternilai. Mereka tidak hanya menyampaikan pesan kesehatan, tetapi juga menyalakan semangat perubahan dari hati ke hati. Soft skill bukan pelengkap, tapi penyangga utama keberhasilan promkes. Soft skill menjadi pondasi keberhasilan tenaga promkes dalam mengubah perilaku masyarakat. Tenaga promkes yang mampu berkomunikasi, berempati, dan beradaptasi akan lebih efektif dalam mengubah perilaku masyarakat. Tanpa keahlian interpersonal dan sikap empatik, pesan-pesan kesehatan yang disampaikan akan gagal diterima masyarakat, walaupun isinya benar. Karena pada akhirnya, perubahan gaya hidup masyarakat tidak cukup hanya dengan pengetahuan, tetapi juga dengan sentuhan manusiawi yang hangat dan meyakinkan.
Artikel ini ditulis dengan dukungan teknologi AI untuk mempercepat proses penulisan dan pengayaan informasi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI