Mohon tunggu...
Nugroho Kuncoro Yudho
Nugroho Kuncoro Yudho Mohon Tunggu... Master Trainer, Praktisi Kesehatan dan Pemerhati Masalah Sosial Kemasyarakatan

Praktisi Kesehatan, Instruktur Master, Penulis, Pelatih Pembina Pramuka

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Soft Skill: Kunci Sukses Tenaga Promosi Kesehatan di Tengah Masyarakat

3 Juli 2025   20:35 Diperbarui: 3 Juli 2025   20:56 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Soft Skill Tenaga Promosi Kesehatan (Sumber: Gemini/AI)

"Bukan hanya apa yang disampaikan, tapi bagaimana menyampaikannya -- itulah yang menentukan dampaknya."

Promosi kesehatan atau dikenal juga dengan promkes bukan sekadar membagikan leaflet atau menyampaikan materi di depan umum. Di balik keberhasilan perubahan perilaku masyarakat, ada satu faktor yang kerap luput dari perhatian: soft skill tenaga promkes.

Di tengah kompleksitas sosial budaya, tenaga promkes dituntut untuk lebih dari sekadar memahami teori kesehatan masyarakat. Mereka adalah jembatan antara ilmu kesehatan dan praktik nyata di masyarakat. Di sinilah peran keterampilan lunak (soft skill) menjadi sangat penting.

Apa Itu Soft Skill?

Soft skill adalah keterampilan non-teknis yang berkaitan dengan cara seseorang berinteraksi, berkomunikasi, memimpin, dan menyesuaikan diri dalam berbagai situasi. Bagi tenaga promkes, soft skill bukan pelengkap, tetapi penunjang utama efektivitas kerja di lapangan.

Mengapa Soft Skill Penting bagi Tenaga Promkes?

Bayangkan seorang petugas promkes yang sangat paham teori gizi, tetapi tidak mampu menyampaikan materinya dengan bahasa yang membumi, atau petugas yang tidak bisa membangun kepercayaan warga karena terkesan menggurui. Ilmunya tetap benar, tetapi pesannya tidak sampai.

Soft skill membantu petugas dalam menyampaikan pesan kesehatan secara persuasif dan mudah dipahami, membangun hubungan emosional yang baik dengan masyarakat, menghadapi penolakan atau resistensi dengan bijak dan berkolaborasi lintas sektor dalam menyukseskan program kesehatan.

Soft Skill yang Harus Dimiliki Tenaga Promkes

Beberapa soft skill penting yang seharusnya dimiliki oleh Tenaga Promkes adalah sebagai berikut:

- Komunikasi Interpersonal/Antar Pribadi untuk Negosiasi dan Diplomasi

Kemampuan menyampaikan pesan secara jelas, persuasif, dan empatik kepada individu maupun kelompok, sehingga dapat membujuk dan membina hubungan dengan tokoh masyarakat, kepala desa, sekolah, atau tokoh agama agar mendukung program promkes.

Contoh: Meyakinkan tokoh adat/agama untuk mengizinkan kegiatan deteksi dini kanker serviks di balai desa/kelurahan atau menjelaskan pentingnya imunisasi kepada orang tua dengan bahasa yang sopan, tidak menggurui, dan sesuai budaya lokal.

- Komunikasi Efektif

Berupa kemampuan menyampaikan/menjelaskan informasi kesehatan secara jelas dengan bahasa yang mudah dipahami oleh berbagai kelompok masyarakat dan terampil dalam komunikasi verbal dan nonverbal, serta menggunakan media yang sesuai (poster, video, medsos, dan lain-lain) serta menyenangkan. Contohnya penyuluhan kelompok dengan bahasa setempat dan mudah dipahami.

- Empati dan Peduli

Memahami dan menghargai kondisi sosio-emosional, budaya, dan nilai-nilai masyarakat sasaran, dengan melakukan pendekatan humanis dan menunjukkan kepedulian yang tulus/nyata, bukan sekadar menyampaikan pesan dan tidak menghakimi. Contohnya mendengarkan curhat warga tentang stigma HIV dengan hati-hati dan tanpa prasangka.

- Kemampuan Presentasi dan Public Speaking

Percaya diri dan mampu berbicara di depan umum dengan menarik sangat penting saat melakukan penyuluhan di komunitas, baik untuk edukasi formal maupun informal dengan menggunakan teknik penyampaian yang menggugah dan memotivasi. Contohnya membuka sesi penyuluhan dengan ice breaking, menyampaikan materi dengan antusiasme, dan mengajak partisipasi audiens.

- Mendengarkan Aktif

Tidak hanya bisa menyampaikan, tapi juga mendengar keluhan, pertanyaan, dan kekhawatiran masyarakat atau mampu menyimak secara penuh, tidak menyela, dan merespons dengan penuh perhatian dan secara tepat untuk membangun kepercayaan masyarakat serta tidak menghakimi. Contoh: ketika kader bertanya atau mengkritik program, tidak langsung membantah, tapi memahami dulu sudut pandangnya.

- Kreativitas dan Inovasi

Berupa kemampuan menciptakan materi dan cara-cara promkes yang menarik, interaktif, dan kontekstual, seperti permainan, poster bergambar, video pendek, humor sehat, menggunakan media digital, permainan edukatif, atau pendekatan budaya lokal. Contohnya mengadakan lomba cerdas cermat gizi seimbang saat peringatan Hari Kesehatan Nasional.

- Kepemimpinan Sosial/Komunitas

Mampu menjadi panutan masyarakat (role model) dan menggerakkan masyarakat termasuk kader dan warga untuk bertindak/berperilaku sehat dan memimpin kegiatan kesehatan bersama tokoh lokal. Dengan kata lain terampil dalam mengorganisir kegiatan, membangun tim kerja, dan membina kader kesehatan. Contoh: Membentuk kelompok "ibu peduli Tuberkulosis atau Stunting" di desa/kelurahan dan memfasilitasi pertemuannya.

- Adaptasi Sosial dan Fleksibilitas

Siap menghadapi perubahan situasi di lapangan dan menyesuaikan pendekatan dengan kondisi sosial-budaya setempat, seperti gangguan cuaca, keterbatasan sumber daya, resistensi masyarakat atau perubahan perilaku masyarakat, situasi darurat kesehatan, adat dan situasi lokal. Contoh: Mengubah metode edukasi dari ceramah ke diskusi santai saat masyarakat terlihat tidak antusias.

- Etika Profesional dan Integritas

Menjaga kepercayaan masyarakat, bertindak adil, jujur, dan menghormati nilai-nilai lokal serta tidak menyebarkan informasi yang belum jelas kebenarannya (hoaks).

- Kolaborasi dan Kerja Sama Tim

Mampu bekerja sama lintas profesi (tenaga medis dan tenaga kesehatan lainnya), lintas sektor (terutama pendidikan, agama, tokoh adat), organisasi masyarakat dan tokoh lokal secara sinergis, serta menjalin hubungan baik dengan masyarakat sasaran. Contoh: Menggandeng guru untuk menyisipkan pesan gizi seimbang atau pencegahan penggunaan NAPZA dalam pelajaran kelas.

- Manajemen Waktu, Perencanaan dan Prioritas

Merancang program/kegiatan promkes dengan jadwal yang jelas dan realistis secara efektif dan efisien, agar tidak bentrok dengan agenda masyarakat. Di sisi lain, perlu mengatur prioritas kerja dan menyesuaikan strategi dengan sumber daya yang tersedia. Contoh: Menyesuaikan jadwal penyuluhan dengan waktu panen, waktu pengajian, waktu arisan atau hari pasar.

 

Dampak Positif Soft Skill di Lapangan

Tenaga promkes yang unggul dengan mempunyai soft skill tersebut akan lebih mampu dalam meningkatkan partisipasi masyarakat terhadap kegiatan kesehatan, menciptakan suasana edukasi yang lebih hidup dan menyenangkan, dan menjadi agen perubahan yang dihargai dan dicintai masyarakat.

Bagaimana Mengembangkan Soft Skill?

Soft skill dapat dilatih melalui pelatihan dan simulasi komunikasi, mentoring dan berbagi pengalaman lapangan, refleksi diri dan evaluasi rutin, serta mengambil peran aktif dalam kegiatan komunitas. Untuk itu, tenaga Promkes harus meng-update kapasitas diri agar mempunyai soft skill yang diperlukan.

Penutup

Di tengah tantangan promkes yang semakin kompleks, tenaga promkes yang memiliki soft skill unggul menjadi aset tak ternilai. Mereka tidak hanya menyampaikan pesan kesehatan, tetapi juga menyalakan semangat perubahan dari hati ke hati. Soft skill bukan pelengkap, tapi penyangga utama keberhasilan promkes. Soft skill menjadi pondasi keberhasilan tenaga promkes dalam mengubah perilaku masyarakat. Tenaga promkes yang mampu berkomunikasi, berempati, dan beradaptasi akan lebih efektif dalam mengubah perilaku masyarakat. Tanpa keahlian interpersonal dan sikap empatik, pesan-pesan kesehatan yang disampaikan akan gagal diterima masyarakat, walaupun isinya benar. Karena pada akhirnya, perubahan gaya hidup masyarakat tidak cukup hanya dengan pengetahuan, tetapi juga dengan sentuhan manusiawi yang hangat dan meyakinkan.

Artikel ini ditulis dengan dukungan teknologi AI untuk mempercepat proses penulisan dan pengayaan informasi.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun