Mohon tunggu...
Nugroho Endepe
Nugroho Endepe Mohon Tunggu... Edukasi literasi tanpa henti. Semoga Allah meridhoi. Bacalah. Tulislah.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Katakanlah “Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering; maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagimu?” (67:30) Tulisan boleh dikutip dengan sitasi (mencantumkan sumbernya). 1) Psikologi 2) Hukum 3) Manajemen 4) Sosial Humaniora 5) Liputan Bebas

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Perut Gendut Tanda Andropause?

27 Februari 2021   20:19 Diperbarui: 27 Februari 2021   20:24 566
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tanda-tanda lemak menumpuk sumber masalah hormonal (Foto: tribunnews.com)

Saya masih ingat ketika sekolah menengah atas, pernah bertanya kepada seorang guru. Bagaimana caranya menambah berat badan? Lantas guru saya berkata, caranya adalah dengan tidur siang. Selepas sekolah, sekitar jam 14 an ketika itu, maka prioritas saya adalah tidur siang sampai asar. Tapi kenapa berat badan tidak kunjung naik?

Dengan tinggi badan 168, berat badan saya ketika itu di kisaran 52 kg. Kelihatan kurus. Namun karena wajah lebar, jadi kurang pantes dilihat. Maka, saya ingin gemuk.

Itu duluuu..., Sekarang? Waduh, body shaming katanya. Bikin malu karena fisik tubuh. Namun dalam konteks kesehatan, saya perlu bercerita. Saya masih penasaran mengapa berat badan saya tidak kunjung naik. Gak bisa gemuk gitu. Maka, ada yang bilang ikut fitnes, dan rajin minum susu.

Kuliah di tahun ke-4, saya benar-benar ikut ngegym. Herannya, nafsu makan jadi meningkat. Honor menulis ketika itu, sambilan kerja ketika kuliah, banyak dibelanjakan untuk beli ekstra fooding. Jadilah berat badan naik pelahan. Dari 54, 56, 58.... melaju hingga menjadi 85. Walahhh.... 

Dan ketika menikah serta punya anak, mulai muncul tanda-tanda perut maju pantat mundur. Bukannya terus maju pantang mundur lho gaess...

Dulu kurus dibilangin; kok kuruss..

Sekarang gemuk dibilangin: ih.. gendut.. paling sudah masuk andropouse..

HORMON MAKIN KURANG 

Dibilangin gemuk, masih biasa bagi laki-laki. Namun kalau dibilangin andropouse, wah... bisa ngajak kelahi ini. Sebenarnya, apa sih andropouse itu?

Apa itu andropause? Andropause berakar dari kata Yunani kuno "Andras" (pria) dan "pause" (berhenti). Ya arti ekstreemnya ketika kau berhenti sebagai pria, atau mulai berkurang ciri khusus pria sebagai produsen hormon seksual testosteron.

Jadi, andropause bisa diterjemahkan sebagai laki-laki yang menurun gairahnya karena banyak faktor.

Dalam bahasa sederhana, sebenarnya bisa diartikan sebagai sindrom penurunan kepuasan dan gairah seksual pada pria akibat rendahnya kadar testosteron. Kalau secara definitif, bisa dibilang, andropause adalah sekumpulan gejala, tanda, dan keluhan pada pria yang mirip menopause pada perempuan. Kalau wanita berhenti menstruasi, maka laki-laki mulai berhenti memproduksi sperma, meskipun sebenarnya tidak begitu-begitu amat.

Bedanya dengan menopause, andropause pada pria biasanya terjadi dalam waktu yang cukup lambat, atau ia berjalan pelahan sedikit demi sedikit sampai klenger tanpa gairah seiring bertambahnya usia. Di dunia kedokteran, berbagai istilah lain diberikan untuk menyebut andropause, seperti klimakterik pada pria, androclise, Androgen Decline in Ageing Male (ADAM), Partial Androgen Deficiency of the Ageing Male (PADAM),sindrom penuaan pria (ageing male syndrome), late onset hypogonadism (LOH).

Istilah hipogonadisme sendiri merupakan sindrom atau masalah kesehatan yang biasanya disebabkan oleh kekurangan hormon androgen. Hormon ini yang diidentikkan dengan kelelakian. Hormon juga mempengaruhi fungsi multiorgan dan kualitas kehidupan lainnya. Bahasa awamnya: wes gak dadi lanangan maning son... Semakin berwibawa, suara membesar, namun dalam aktivitas seksual tidak menonjol lagi.

PERUT GENDUT BERLEMAK 

Hormon testosteron pria menurun sekitar 1-15% per tahun, dimulai pada usia 45 tahun. Jadi gaes gaes akan berubah menjadi gaek-gaek alias semangkin menuwek, tuwa secara biologis maupun psikologis. 'Menopause' pada pria ini terjadi ketika kadar testoteron menurun drastis. Artinya pabrik hormon ini semakin tidak produktif. Walhasil sperma juga semakin sedikit.

Selain karena faktor usia, penurunan kadar testosteron ini juga berkaitan dengan tingginya lemak viseral alias lemak yang berada di antara organ.

Lemak ini pada laki-laki yang memasuki usia andropouse biasanya terlihat dengan jelas pada perut yang buncit. Perut yang buncit bukan hanya karena kurang gerak, pembakaran sedikit, namun juga terkait produksi hormon.

Nalarnya, hormon kurang maka lelaki mudah lemas. Mudah lemas, maka tubuh males bergerak. Tubuh males bergera, lemak menumpuk. Mau menumpuk di kepala, jadi aneh kan. Maka lemak-lemak itu memilih terminal di bagian perut kaum Adam sehingga jadilah perut membuncit.

Nah, tumpukan lemak tersebut akan mengacaukan sistem metabolisme, mengganggu hormon lain yakni hormon insulin yang sebenarnya punya job description untuk memecah kadar gula darah, hingga menyumbat pembuluh darah.

Penyumbatan ini, bagaikan efek bola salju, akan mempengaruhi respon sistem saraf tubuh terhadap produksi hormon testosteron.

Ketika tubuh tidak mendeteksi adanya testosteron, ibarat senjata tanpa amunisi, akhirnya hasrat dan gairah seksual pun menurun.

Maka sampai pada kesimpulan: perut gendut tanda andropouse.

SOLUSI?

Lantas solusinya bagaimana? Ya olah raga teratur, jauhi stress, istirahat cukup, rekreasi outdoor yang membahagiakan, dan keseimbangan hidup (work life balance).

Sederhana, tapi ya coba terus lakukan. Setidaknya kebugaran akan didapatkan, dan proses penuaan akan bisa ditunda. Stamina akan tetap prima.

Itu usaha yang disarankan. Di era pandemi, ya usahakan tidak terkena virus. Atau usahakan kebal. Jangan banyak makan berlemak. Dll..

Mudah atau sulit? Lakukan saja..(27.02.2021/Endepe)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun