Mohon tunggu...
Nugroho Endepe
Nugroho Endepe Mohon Tunggu... Konsultan - Edukasi literasi tanpa henti. Semoga Allah meridhoi. Bacalah. Tulislah.

Katakanlah “Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering; maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagimu?” (67:30) Tulisan boleh dikutip dengan sitasi (mencantumkan sumbernya). 1) Psikologi 2) Hukum 3) Manajemen 4) Sosial Humaniora 5) Liputan Bebas

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Norwegia Prioritas Vaksin Covid-19 adalah Lansia

8 Februari 2021   05:19 Diperbarui: 8 Februari 2021   05:43 381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Progresif menangani Covid19 gotong royong semua warga (Foto: Dokpri) 

Beberapa waktu yang lalu saya mengikuti event sharing pengalaman penanganan Covid19 warga diaspora lintas benua. Ada yang dari Meksiko di Amerika Selatan, Kanada di Amerika Utara, bablas ke Norwegia di Skandinavia, Jerman, Hungaria,  lanjut ke China, India,  

Malaysia, sampai ke Selandia Baru. Situasinya menarik, karena setiap negara punya keunikan sendiri dalam penanganannya. Sebagian sudah bangkit memulih, misalnya Wuhan China yang bertahap sudah pulih normal, padahal di sini cerita berawal. 

Disiplin warga dan negara yang kuat menjadi kunci bagi sukses penanganan wabah abad milenial ini. Webinar yang digelar jumat 5 Februari 2021 yang lalu, sangat menarik untuk disimak. 

Nah, saya yang pura-pura juga warga diaspora, jangan salah saya juga pernah tinggal di Skandinavia Svenska, jadi saya ikut nimbrung sebagai peserta.  Apalagi ada banyak alumni STIAMAK Barunawati Surabaya yang juga alumni dari Swedia, negara Skandinavia serumpun dengan Norwegia, Islandia, Denmark, dan Finlandia. Pokokmen STIAMAK semangkin jaya, SIM SALABIM 2021, STIAMAK proaktif inovatif produktif berkontribusi kepada negeri. 

Selain itu, juga saya ikut forum tersebut karena diajak mentor saya, Pak Vincent, yang sudah lebih dari 15 tahun bermukim di Norway. Beberapa waktu yang lalu saya juga berbagi kehidupan tentang Norway, maka saya kali ini juga akan bagi info-info bermanfaat terkait penanganan covid19 di Norway.


Sebelumnya, saya ringkaskan hasil webinar diaspora, sharing nara sumber, saya tambahi dari beragam info yang saya dapatkan juga. Sedangkan acara  yang dimoderatori dokter cantik, Dr. Sonia Wibisono, juga berbagi info penting, antara lain sbb;

Salam tangkas diaspora, semoga kita semakin disiplin (Foto: VR) 
Salam tangkas diaspora, semoga kita semakin disiplin (Foto: VR) 

1. Meksiko, sepertinya belum pulih karena berbagai hal. Rakyat banyak berinteraksi di mall, pasar, keramaian, karena tuntutan ekonomi yang memang belum sepenuhnya pulih. Namun dari sisi perilaku, budaya, ada yang berubah yakni dulu warga Meksiko dikenal suka peluk cium bila bertemu sebagai tanda kasih sayang, sekarang mulai mengubah menjadi hanya salam tinju atau salam siku. 

2. Kanada. Kanada dikenal sangat aktif sosialisasi vaksin. Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau, sangat proaktif untuk terus mengupdate perkembangan covid termasuk penanganannya. 

Yang mengherankan, saya peroleh info dari jaring informasi warga Kanada, sebagian orang justru protes ingin menjadi prioritas utama vaksin,tidak sabar ingin segera divaksin karena takut terhadap menyebarnya virus ini.

3. India. India sebagaimana viralnya video, diketatkan oleh aparatur negara yakni polisi sehingga individu maupun sosial, mulai semakin disiplin. Vaksin terus ditunggu untuk diberikan ke semua warga negaranya Mr Vijay ini. 

4. Jerman. Sebagai negara modern, data dan penanganan sangat detail valid day to day. Vaksin diterapkan dengan ragam produk, sebagian ada Sinovac, sebagian Pfizer, sebagian lagi kreasi negara dengan kontrol kualitas yang ketat.

5. Selandia Baru. Nah, kalau ini sudah terkenal dengan disiplin Perdana Menteri yang wanita dan dikenal disiplin menerapkan regulasi yang memproteksi warganya. Jacinda Arderm, perdana menteri yang berusia 40 tahun sangat dicintai warganya, dan terbukti New Zealand sebagai satlah satu negara tercepat terbebas dari virus Covd19, dan kehidupan kembali normal meskipun tetap dilakukan program-program pencegahan datangnya kembali. 

6. Norwegia, bagaimana dengan Negara Superdingin ini?

Saya ambilkan lengkap dari resume yang dibuat Pak Vincent khusus untuk pembaca Kompasiana. Pa Vincent, silakan sharing yes......; 

...............

PRIORITAS LANSIA DAN GRATIS SEMUA 

iundang dari berbagai penjuru dunia; Meksiko, Malaysia, Selandia Baru, Jerman, Hungaria, Cina, India dan terakhir saya. Saya hampir tidak dapat giliran -- karena cerita orang-orang sebelum saya seru-seru sekali. (Permintaan untuk berbagi masalah ini sebenarnya sudah diajukan oleh Nugroho sebelumnya, cuman saya belum ada kesempatan untuk menuliskan). Untuk presentasi kemarin, saya punya waktu satu hari persiapan.

Dibandingkan dengan kisah pandemi di negara-negara tsb, sepertinya Norwegia relatif "beruntung" karena kesannya tidak terlalu dramatis dan cenderung santay/relaks. Kuncitara (lockdown) yang terjadi di sini tidak pernah benar-benar sedemikian ketat melarang orang keluar rumah. Sekolah ditutup, proses pembelajaran berlangsung daring. Orang kerja kantor juga dihimbau untuk bekerja dari rumah saja. Kalau tidak salah orang kerja bangunan terhenti sejenak. Itu kuncitara paling parah. Saat itu orang tetap boleh keluar, berbelanja, jalan-jalan dan olah raga di luar. IKEA ramai dikunjungi, toko bahan bangunan pun riuh, karena banyak orang kemudian memutuskan untuk melakukan perbaikan rumah dan mengganti interiornya. Masker belum diwajibkan saat itu. Orang mengenakan masker malah "dicurigai".

Norwegia sekarang bisa dibilang sudah masuk gelombang ketiga serangan COVID. Di sini terlihat jelas hubungan antara program kuncitara/relaksasi yang diberlakukan dan jumlah orang yang terpapar. Gelombang pertama serangan virus COVID di Norwegia dibawa oleh orang-orang yang kembali dari Eropa daratan setelah liburan musim semi 2020. Mereka bermain ski di pegunungan Alpin. Menghadapi serangan ini pada tanggal 12 Maret 2020, Norwegia memberlakukan kuncitara pertama dan yang paling ketat sejak Perang Dunia II berakhir. Sebagian orang merasa terkejut.

Namun kebanyakan orang mengikuti apa yang digariskan oleh Pemerintah. Hasilnya terlihat efektif; bulan Mei kurva sudah datar.

Perilaku orang Norwegia dan kuncitara

Kebanyakan orang Norwegia memiliki lingkaran privasi yang tinggi. Dibandingkan dengan orang Indonesia mereka bukan tergolong orang yang "sosial". Mereka lebih suka menyendiri, dan relatif membatasi pergaulan dalam kelompok kecil. Artinya, kata "pembatasan sosial" sebenarnya cocok dengan karakter orang sini.

Kalau bertemu mereka tidak terlalu suka berjabatan tangan, sekedar anggukan kecil dan senyum simpul sudah memadai. Urusan batuk dan bersin yang disarankan untuk menutup dengan sikut bagian dalam setahu kami sudah dipraktekkan di sini belasan tahun. Anak-anak kecil di taman bermain sudah dibiasakan demikian. Jadi bisa dibilang untuk masalah pembatasan sosial tidak ada upaya khusus yang harus dilakukan oleh orang Norwegia, - kebanyakan "hidup seperti biasa", kecuali masalah pergi ke sekolah dan ke gym. Fasilitas internet di sini tergolong memadai, jadi kegiatan sekolah daring bisa berlangsung dengan lancar. Di awal agak tersendat karena masalah kesiapan materi dan fasilitas yang dimiliki sekolah belum semuanya siap untuk daring penuh.

Yang terkena COVID

Saya tahu dua orang yang terkena COVID pada serangan gelombang pertama. Satu orang yang habis liburan musim semi di Alpin, pulang terbukti positif, kemudian melakukan isolasi mandiri. Berbeda dengan di tanah air, ybs. harus masak sendiri di apartemennya  . Gojek tidak sepopuler di Indonesia. Di sini namanya foodora, hanya ada di sedikit kota besar di Norwegia. Sekarang ybs. sudah pulih seperti dahulu kala, sudah main ski lagi.

Yang kedua adalah seorang perempuan yang pasangannya pergi main ski di Alpin pada liburan musim semi 2020. Suaminya kena dan sudah sembuh, tapi si istri tidak bisa pulih seperti sedia kala; kapasitas paru-parunya berkurang drastis. Ybs tidak bisa melakukan aktivitas normal. Dikhawatirkan dampaknya akan permanen sepanjang hidupnya. Umur pasangan ini belum terlalu tua, pertengahan 30-an. Kasihan.

Masalah ekonomi

Banyak orang kehilangan pekerjaan, perusahaan mengalami kesulitan keuangan, dan organisasi nirlaba seperti klub olah raga (yang biasanya mendapatkan pemasukkan dari penjualan tiket) semua dibantu Pemerintah. Banyak prosedur dipangkas. Intinya Pemerintah berupaya agar jangan sampai ada yang terlantar.

Tes COVID di Norwegia itu gratis. Vaksinasi gratis. Biaya perawatan pasien terkena COVID juga gratis. Tapi ini berlaku untuk penduduk Norwegia. Saya tidak tahu kalau turis, atau orang luar negeri yang datang berkunjung ke Norwegia -- apakah mereka dikenakan biaya.

Orang yang terkena COVID dan berdampak permanen, di mana yang bersangkutan tidak bisa kembali bekerja normal, seyogyanya akan ditanggung negara.

Skandinavia juga semakin serius tangani virus (Foto: dokpri)
Skandinavia juga semakin serius tangani virus (Foto: dokpri)

Liburan

Melihat kurva yang sudah datar pertengahan 2020, aturan dilonggarkan sehingga masyarakat dapat menikmati liburan musim panas bulan Juli dan Agustus. Ternyata dampak pelonggaran kurang baik, kurva naik kembali di bulan Oktober. Terjadilah gelombang kedua. Pengetatan diberlakukan, namun kali ini sekolah tetap dibuka. Dampaknya cukup positif, kurva menurun menjelang akhir tahun. Perkembangan yang cukup menggembirakan menjelang periode Natal dan Tahun Baru. Orang butuh saling bertemu untuk merayakan hari besar. Mudah untuk diduga, setelah itu kurva naik lagi; gelombang ketiga.

Yang menuai

Yang menarik selama pandemi, ada beberapa "komoditi" yang penjualannya naik drastis selain perabotan dan bahan bangunan yang sudah disebutkan di atas.

Yang pertama minuman alkohol. Pajak minuman beralkohol di Norwegia tinggi, jadi harganya mahal. Penduduk Norwegia terbiasa membeli minuman beralkohol dan rokok saat bepergian ke luar negeri. Karena himbauan untuk tidak keluar negeri, maka "terpaksa" penduduk lokal membeli alkohol di dalam negeri, dan bukan di toko bebas pajak. Ditambah dengan situasi pandemi, konsumsi meningkat.

"Komoditi" lain yang juga laku keras itu binatang piaraan, terutama anak anjing. Banyak orang dan keluarga yang mungkin merasa kesepian. Anak anjing bisa mengisi kekosongan tsb. Bursa anak anjing ramai luar biasa, harganya pun meningkat drastis. Itu pun orang berebutan, sampai harus antri.

Berbagai peralatan olah raga, gym, sepeda, kano, kayak, sepatu, pakaian olah raga laku keras, termasuk perlengkapan ski. Sepatu skating tandas. Beruntung musim dingin ini banyak salju, dan temperatur cukup rendah -- berada di bawah -10, sehingga banyak danau beku, pinggir pantai beku, jadi orang bisa sering-sering ski dan skating.

Komoditi yang berkaitan dengan berbagai macam hobi naik drastis, meliputi hobi berkebun (pohon, bunga, peralatan bertaman), menjahit, merajut, dll.

Belanja daring marak. Kantor pos dan perusahaan jasa antar jemput barang ikut menikmati dampaknya.

Barang elektronik seperti komputer, audio video, gaming system, sound system, TV, telephone, tablet, peralatan dapur, laris manis. Jam tangan cerdas dan jam tangan olah raga termasuk yang paling laris.

Penjualan karavan sempat mencapai rekor baru di bulan Mei dan Juni 2020 setelah pengumuman pembatasan keluar negeri, demikan pula dengan kapal/perahu (boat).

Pembatasan keluar negeri berdampak mendongkrak transaksi jual beli kabin liburan (villa), atau istilahnya di sini hytte. Banyak orang Norwegia membeli/memiliki villa di Spanyol, Perancis, dan tempat-tempat lain di selatan Eropa. Karena pandemi, mereka tidak bisa pergi. Dampaknya pertengahan tahun 2020 terjadi kenaikkan transaksi sebesar 10% untuk kabin di dalam negeri.

Dan yang terakhir dirasakan, pasar property dalam negeri menggila. Mungkin karena dipaksa menghabiskan waktu di rumah, bekerja dari rumah, beraktivitas di rumah membuat mereka merasa butuh rumah yang lebih besar. Pembatasan bepergian keluar negeri mungkin menyebabkan mereka memiliki dana berlebih yang kemudian bisa dialokasikan untuk pindah rumah. Orang Norwegia biasanya bepergian ke luar negeri beberapa kali -- terkait dengan liburan yang ada; liburan musim gugur (seminggu), liburan musim panas (ini yang paling panjang, 2 bulan), liburan Paskah, (biasanya mereka ke gunung, main ski), dan liburan musim dingin (seminggu). Libur Natal dan Tahun Baru biasanya mereka berkumpul dengan keluarga dan handai taulan.

Vaksinasi

Vaksinasi di Norwegia dimulai sejak 27 Desember 2020. Prioritas pertama diberikan kepada tenaga medis, kemudian bagi orang tua > 85 tahun, 75 -- 84, kemudian 65 -- 74 tahun, dst. Kebijakan vaksinasi diberikan pada kelompok yang rentan terlebih dahulu.

Dua minggu kemudian beberapa kawan dan handai taulan menanyakan perihal 23 orang yang meninggal setelah divaksin. Saya pikir itu hoaks. Tapi setelah saya periksa, memang benar terjadi. Detailnya kurang akurat, tapi intinya benar ada sejumlah orang tua yang meninggal setelah divaksinasi. Selidik punya selidik, program vaksinasi bagi orang tua berumur dilaksanakan tanpa memperhatikan riwayat penyakit dan kondisi kesehatan ybs. Beberapa orang tua tidak tahan kena vaksin dan akibatnya fatal. Di sisi lain, angka statistik menunjukkan kurang lebih 400 orang tua meninggal setiap minggu di panti-panti jompo di Norwegia. Program vaksinasi diberikan kepada kelompok orang-orang tua ini. Logikanya wajar kalau ada orang tua yang meninggal setelah vaksinasi. Kalau secara statistik angkanya signifikan lebih dari 400 mungkin kita perlu khawatir.

Apakah ada penduduk yang tidak mau divaksin di Norwegia? Jawabannya, ada, tapi jumlahnya tidak besar, dan resistensinya tidak sekuat yang saya rasakan di Indonesia, atau di negara-negara lain. Yang resisten saya perhatikan adalah kelompok konservatif. Di samping itu, ada yang memilih untuk menunggu, dan melihat orang lain yang sudah divaksin; artinya mereka mau aman juga, termasuk saya

App

Di sini ada app yang namanya smittestop. Kita dianjurkan untuk menginstalnya di telephone pintar kita agar bisa selalu melacak orang-orang di sekitar kita. Bila dideteksi orang yang terindikasi virus, maka aplikasi tsb akan memberi peringatan. Applikasi kedua terkait dengan QR-scan. Kita diminta untuk men-scan QR yang ada di lokasi-lokasi umum yang kita kunjungi. Gunanya, kelak bila diketahui ada yang positif berkunjung ke lokasi yang kita kunjungi maka kita akan dianjurkan untuk melakukan tes.

(kalo ada tambahan/koreksi wan kawanj, - sumonggo di komen-ken - Vincent Rumawas- Norway)

-----------

Bersama menyumbang pikiran ke negara (Foto: dokpri)
Bersama menyumbang pikiran ke negara (Foto: dokpri)

Nah, demikian sharing penanganan Covid19 yang dirangkum dalam webinar Diaspora. Sebagian info juga saya tambahkan dari jejaring yang lain. Penanganan yang dikisahkan lengkap, khususnya dari Pa Vincent, bisa menjadi model bagaimana kita menghadapi virus Covid19 ini. Korabn-korban sudah dan terus berjatuhan, dan negara kita Nusantara tercinta, sampai diblockir oleh Arab Saudi sehingga jamaah umroh sementara waktu tidak bisa beribadah ke Mekah Medinah. Jika merembet ke haji nanti, semakin bagaimana gitu... bagaimananya kita perlu bertanya ke pihak terkait. 

Ini sebenarnya tragedi yang dalam, bukan semata karena larangan umroh menyangkut reputasi negara (baca: Pak Menteri Agama bagaimana kabar  pak...), dan juga menyangkut kisah yang berkembang di dunia perihal penanganan covid19 di negara kita. 

Mari gotong royong memulihkan kesehatan warga bersama, tidak hanya dibebankan ke negara, tapi juga semua warga kita untuk terus disiplin protokol kesehatan. (08.02.2021/Endepe) 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun