Ki Timbul Hadiprajitno, mementaskan Baratayudha. Suatu ketika di Kota Semarang dan saya menyaksikannya. Ketika saya masih sangat muda. Karna juga diajak ayah menemaninya.
Kisah yang sebenarnya saya tidak suka. Sebab Baratayudha selalu berkisah tentang gugurnya para ksatria baik di pihak Pandawa maupun Kurawa. Ada juga gugurnya ksatria yang mulia tetapi karena berbagai pertimbangan membela Kurawa.
Kisah Baratayudha juga kisah keramat dan berat sehingga sang dalang harus berpuasa sebelumnya.
Adegan miris terjadi ketika seorang ksatria harus meregang nyawa. Didahului dengan seekor burung gagak yang berseliweran di atas kepala sang ksatria. Lalu tembang megatruh mengalun dan ketika sang Ksatria meninggal dunia sang dalang mengasapinya dengan dupa dan ratus serta keluarlah bayangan jiwa dari tubuh sang ksatria.
Aroma mistis menebar.
Agak merinding juga.
Tapi itulah budaya luhur kita yang tak hanya sekedar menghibur tetapi juga menghadirkan suasana  di alam sana agar kita ingat kelk kitapun akan ke sana.