Mohon tunggu...
I Nyoman Tika
I Nyoman Tika Mohon Tunggu... Dosen Kimia Undiksha - Hoby menanam anggur

Jalan jalan dan berkebun

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tes DNA: Antara Wahyu Dan Alat Politik?

21 Agustus 2025   05:54 Diperbarui: 21 Agustus 2025   09:32 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

* Sampel biologis bisa dicemari atau ditukar.
* Data laboratorium bisa dimanipulasi sebelum dicetak.
* Hasil PCR bisa "dibaca ulang" sesuai tafsir operator.

Beety menulis, bahkan di Amerika Serikat, ada kasus di mana **mesin laboratorium error** dan salah menukar sampel darah, menyebabkan orang tak bersalah dinyatakan mabuk. Jika di negara dengan regulasi ketat saja bisa begitu, bagaimana dengan negeri yang gemar "main mata" di balik meja?

Satire Ilmiah: Tuhan DNA dan Umatnya

Mari kita berandai-andai. Jika DNA adalah agama baru, maka:

* **Laboratorium adalah rumah ibadah.**
* **Analis forensik adalah imam.**
* **Jaksa adalah nabi yang menyampaikan wahyu ke publik.**

Dan masyarakat? Ya, mereka adalah jemaat yang hanya bisa mengamini tanpa bertanya.

Lucunya, tak ada ruang untuk bid'ah atau penafsiran ulang. Kalau hasil tes bilang "99,99% cocok", maka habislah sudah. Tak peduli apakah sampel terkontaminasi, apakah mesin rusak, atau apakah ilmuwan sedang patah hati saat membaca kurva elektroforesis.

 Ridwan Kamil: Korban atau Simbol?

Dalam konteks Ridwan Kamil, tes DNA ini bukan sekadar urusan keluarga. Ia adalah simbol betapa rapuhnya reputasi publik ketika dibenturkan dengan "kebenaran laboratorium."

Pertanyaannya: apakah publik benar-benar peduli pada kebenaran ilmiah, atau hanya butuh drama untuk memuaskan rasa ingin tahunya?

Jika hasilnya negatif, ada yang bersorak. Jika positif, ada yang bertepuk tangan. Padahal, yang seharusnya dipersoalkan adalah "transparansi proses": siapa yang memegang sampel, siapa yang membaca data, siapa yang mengumumkan hasil. Tanpa itu, angka 99,99% hanya tinggal angka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun