Energi yang Tak Terukur
Ada orang-orang yang langsung alergi bila mendengar kata "energi". Kata itu dianggap terlalu luas, terlalu kabur, terlalu spiritual untuk bisa diuji dalam laboratorium. Tapi ada juga---dan jumlahnya terus bertambah---yang mulai melihat tubuh manusia tidak hanya sebagai rangkaian kimia dan listrik, tetapi juga getaran, resonansi, dan irama.
Dr. Weinert percaya pada getaran. Ia percaya bahwa tubuh manusia menyimpan medan energi yang bisa terblokir, seperti sungai yang dibendung. Dan untuk membuka bendungan itu, ia tidak memberi pil. Ia memijat. Ia menyelaraskan. Ia berbicara. Ia mendengarkan.
Ia mengutip Einstein---seperti banyak penyembuh quantum lain---bahwa segala sesuatu adalah energi. Tapi ia tidak berhenti pada teori. Ia membawa tangan, jari, dan sentuhan ke dalam medan itu. Ia percaya bahwa trauma masa kecil bisa tinggal di pergelangan kaki, bahwa ketakutan bisa bermukim di telapak, dan bahwa dengan membebaskannya, seseorang bisa sembuh---bukan hanya dari nyeri, tapi dari cerita.
Penyembuhan Sebagai Puisi
Saya teringat satu catatan Marguerite Yourcenar, yang menulis bahwa penyembuhan adalah seni memahami penderitaan sebagai bagian dari narasi hidup seseorang. Mungkin itulah yang dilakukan Dr. Weinert. Ia mendengarkan cerita yang tak diucapkan lewat mulut, tapi lewat urat.
Salah satu pasiennya berkata bahwa setelah terapi, ia tidak hanya bisa berjalan tanpa rasa sakit---tapi juga merasa lebih ringan, lebih damai. Seperti beban batin yang ia sendiri tak tahu sedang ia pikul, akhirnya dilepaskan. Saya membayangkan ini seperti bait puisi yang terbuka. Seperti seseorang akhirnya menemukan kata yang ia cari selama bertahun-tahun.
Pinterest tidak menjelaskan segalanya. Ia hanya memberi potongan. Tapi kadang satu gambar cukup untuk membuat kita merenung. Seorang wanita yang sedang duduk dengan mata tertutup, tangan Dr. Weinert di atas lututnya. Tak ada darah. Tak ada pisau. Hanya kesunyian dan kepercayaan.
Dunia yang Ingin Sembuh
Di luar sana, dunia tengah demam. Stres menjadi epidemi yang lebih senyap dari virus. Lelah menjadi bahasa sehari-hari. Banyak yang merasa terpisah dari tubuhnya sendiri. Kita mengejar target, deadline, likes---tanpa tahu bahwa kita telah menjauh dari pusat. Mungkin itulah sebabnya Quantum Healing menggoda. Ia menjanjikan pulang, bukan sekadar sembuh.
Saya tidak tahu seberapa valid semua teori ini di mata sains ketat. Tapi saya tahu bahwa banyak yang sembuh bukan karena resep, tapi karena diperhatikan. Disentuh. Didengarkan. Dan ini yang tidak diajarkan di fakultas kedokteran: bahwa sentuhan bisa lebih ampuh dari suntikan.