Mohon tunggu...
I Nyoman Tika
I Nyoman Tika Mohon Tunggu... Dosen Kimia Undiksha - Hoby menanam anggur

Jalan jalan dan berkebun

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengapa Fakultas Kedokteran Menjadi Incaran Mahasiswa Baru?

14 Juli 2025   21:14 Diperbarui: 14 Juli 2025   21:14 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di setiap musim penerimaan mahasiswa baru, Fakultas Kedokteran tak pernah sepi peminat. Justru sebaliknya: ia seperti magnet besar yang menyedot ribuan harapan dari para siswa berprestasi di seluruh penjuru negeri. Nilai rapor terbaik, skor UTBK tertinggi, dan modal ekonomi yang tak sedikit dikumpulkan demi satu tujuan: diterima di Fakultas Kedokteran.

Namun, benarkah menjadi dokter adalah tujuan sejati mereka? Atau jangan-jangan, mereka hanya sedang berjalan dalam lorong tradisi panjang: bahwa menjadi dokter adalah puncak pencapaian hidup, simbol kemuliaan sosial, dan jalan menuju "sukses" versi lama yang diwariskan turun-temurun?

Mari kita coba memeriksanya.

Kedokteran dan Mitos Kesuksesan

Di tengah kehidupan yang semakin berisik oleh segala bentuk profesi baru --- dari selebgram hingga data scientist, dari pebisnis kripto hingga desainer UI/UX --- profesi dokter tetap berdiri kokoh sebagai pilihan "paling aman dan paling tinggi." Banyak orang tua masih menyimpan mimpi lama bahwa menjadi dokter adalah garansi kesuksesan: status sosial tinggi, pekerjaan mulia, dan penghasilan besar.

Tak heran, banyak siswa berprestasi diarahkan --- bahkan dipaksa secara halus --- untuk masuk Fakultas Kedokteran. Tak peduli apakah mereka menyukai biologi atau tidak, apakah mereka bisa tahan belajar sepanjang waktu atau tidak. Pokoknya, kalau otaknya cemerlang dan keluarganya mampu, masuklah ke kedokteran.

Di sinilah kita mulai melihat ironi.

Sebuah fakultas yang seharusnya dihuni oleh mereka yang punya panggilan nurani, empati tinggi, dan ketangguhan mental justru dipenuhi oleh kompetitor nilai tinggi. Ya, otak-otak cerdas, tapi belum tentu jiwa-jiwa peduli.

Romantika Menjadi Dokter

Menjadi dokter bukan hanya soal nilai tinggi dan hafal ratusan istilah latin. Ia adalah sebuah laku hidup. Jalan panjang dan melelahkan yang tak berhenti setelah wisuda. Bahkan bisa dibilang: hidup dokter baru dimulai setelah lulus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun