Mohon tunggu...
I Nyoman Tika
I Nyoman Tika Mohon Tunggu... Dosen Kimia Undiksha - Hoby menanam anggur

Jalan jalan dan berkebun

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengapa Fakultas Kedokteran Menjadi Incaran Mahasiswa Baru?

14 Juli 2025   21:14 Diperbarui: 14 Juli 2025   21:14 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lulus kedokteran bukan akhir, tapi awal dari jalan sunyi nan terjal: koas, internship, pendidikan spesialis, jaga malam, pasien darurat, tuntutan hukum, hingga risiko burnout yang sangat nyata. Seorang mahasiswa hukum bisa langsung bekerja setelah lulus. Mahasiswa manajemen bisa melamar kerja ke bank setelah wisuda. Tapi dokter?

Dokter baru bisa praktik setelah bertahun-tahun lagi.

Di titik ini, banyak idealisme mulai menguap. Banyak mahasiswa kedokteran yang dulu penuh semangat mulai bertanya dalam hati: "Benarkah ini jalan hidupku? Atau aku hanya tersesat terlalu jauh?"

Tantangan Masa Depan

Dunia kedokteran sedang berubah. Dulu, dokter dianggap pusat pengetahuan. Sekarang, pasien bisa "kuliah online" lewat Google. Mereka datang membawa hasil pencarian sendiri, lengkap dengan "diagnosa" dan "obat" yang mereka yakini benar. Dokter bukan lagi satu-satunya sumber kebenaran medis.

Lebih jauh, teknologi seperti AI dan telemedisin mulai menggeser cara kerja dokter. Algoritma bisa membaca hasil rontgen lebih cepat dan akurat. Chatbot kesehatan bisa memberi saran awal sebelum pasien menemui dokter sungguhan. Kita belum tahu apakah ini ancaman atau peluang. Tapi yang jelas, dokter masa depan tak bisa hanya pintar biologi. Ia harus melek teknologi, fleksibel, dan terbuka pada pembaruan.

Dan jangan lupa satu hal penting: sistem kesehatan Indonesia masih tambal sulam. Distribusi dokter timpang. Fasilitas minim di daerah. Birokrasi rumit. Gaji dokter muda yang belum sesuai beban kerja. Semua itu adalah kenyataan yang harus dihadapi generasi mahasiswa kedokteran hari ini.

Lalu, Mengapa Masih Banyak yang Mengincarnya?

Karena menjadi dokter, bagaimanapun, masih memancarkan aura prestise. Di tengah ketidakpastian profesi lain, dunia kedokteran tetap dianggap "pasti." Dan ini manusiawi. Kita semua ingin hidup yang stabil, pekerjaan yang dihormati, dan rasa bangga ketika keluarga menyebut profesi kita di acara arisan.

Namun, mungkin sudah waktunya kita menyaring ulang motivasi itu. Jangan-jangan kita sedang memuja gelar "dokter" lebih dari merayakan makna sesungguhnya: merawat kehidupan.

Menjadi Dokter: Jalan Sunyi yang Mulia

Bayangkan seorang mahasiswa kedokteran yang belajar sampai dini hari, tidak tidur demi mempelajari anatomi tubuh manusia. Bayangkan ia harus menyaksikan pasien meninggal, ikut menyampaikan kabar buruk pada keluarga, dan tetap tegar. Bayangkan ia harus jaga malam berkali-kali, menghadapi pasien yang datang dengan kondisi kritis, kadang kasar, kadang panik, dan tak jarang penuh tuntutan.

Semua itu hanya bisa dijalani jika seseorang punya kekuatan hati. Jika ia benar-benar ingin menolong sesama, bukan hanya ingin memakai jas putih untuk difoto di media sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun