Mohon tunggu...
N. Setia Pertiwi
N. Setia Pertiwi Mohon Tunggu... Seniman - Avonturir

Gelandangan virtual

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Meluruskan 7 Perspektif Peserta Program JKN-KIS BPJS Kesehatan

22 Desember 2018   18:55 Diperbarui: 22 Desember 2018   18:59 353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kartu Indonesia Sehat (dok.pribadi)

"Tidak ada yang lebih kaya dari orang-orang yang sehat dan terus berdaya."

Di tengah deraan isu dan berita miring terkait BPJS Kesehatan, saya termasuk dalam barisan orang-orang yang memiliki pengalaman manis dengan lembaga ini.

Pada awal tahun 2017, melalui program Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) yang dikelola oleh BPJS Kesehatan, alhamdulillah, saya melahirkan anak pertama dengan tenang, tanpa perlu memikirkan biaya, alias gratis. Begitu pula ayah saya yang menjalani operasi sinus tanpa perlu mengeluarkan biaya di tahun 2016.

Bahkan, lebih dari sekadar persoalan materi, mekanisme JKN-KIS dari BPJS Kesehatan juga memberi saya tiga pelajaran berharga tentang pelayanan kesehatan.

Pertama, tidak harus mahal untuk mendapatkan manfaat yang optimal. 

Sebagai pasien, saya tercerahkan bahwa pelayanan di fasilitas kesehatan (faskes) tingkat pertama telah mencakup hal-hal esensial. Bahkan, puskesmas atau faskes tingkat pertama, cenderung berupaya memudahkan masyarakat untuk mendapat obat yang lebih hemat, secara cermat.

Dulu, saya sangsi dengan suplemen zat besi isi 30 tablet seharga dua ribu rupiah, dan sempat ingin menambahnya dengan suplemen ibu hamil yang harganya mencapai 100 kali lipat. Namun, atas seizin Allah, rupanya suplemen Fe murah meriah tersebut mampu menopang nyawa saya ketika mengalami pendarahan hebat pasca melahirkan.

Sementara itu, kandungan dalam suplemen ibu hamil yang berharga mahal, pada prinsipnya dapat dipenuhi dengan makanan sehat yang mengandung asam folat tinggi dan segala nutrisi untuk calon bayi.

Jadi, tidak perlu memaksakan diri berobat ke rumah sakit hanya karena stereotip penanganan yang lebih lengkap dan berkualitas, jika faktanya Anda tidak benar-benar membutuhkannya.

Kedua, tenaga kesehatan (nakes) di rumah sakit maupun puskesmas, sama-sama memiliki dedikasi dan kepekaan tinggi dalam menjalankan tugas.

Mereka telah terdidik untuk menentukan prioritas dan tidak akan mengambil risiko yang membahayakan nyawa pasiennya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun