Mohon tunggu...
N. Setia Pertiwi
N. Setia Pertiwi Mohon Tunggu... Seniman - Avonturir

Gelandangan virtual

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Fatamorgana (2) #7

20 September 2018   14:59 Diperbarui: 20 September 2018   15:23 576
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seusai sholat jenazah, kami menembus remang lampu jalan, menuju pemakaman. Menuntaskan semua yang tinggal peristiwa. Dalam keheningan, tanpa orang tambahan, selain satu petugas makam lanjut usia.

Adrian Gautama, menambah panjang daftar orang-orang hilang pasca reformasi negara. Barisan sosok-sosok bijaksana dan mencintai keadilan, namun gugur tanpa peradilan. Aku diselamatkan oleh hukum yang enggan berjalan tanpa tumpukan uang dan pengacara mahal. Seumur hidup, aku tidak bisa lebih terpuruk

Doa-doa kematian Gau juga menjadi doa-doa kematianku.

***

Bingkisan itu tidak besar, tapi menakutkan. Meski semanis senja, warna merah bagiku tetaplah mimpi buruk. Sepasang sendok dan garpu dicat seolah berlumur darah. Hadiah dari para mahasiswa yang berdemonstrasi kemarin lusa. 

Aku menghadapinya dengan gentar, menggigiti kuku seperti anak kecil yang ketakutan.

"Ayah, itu apa?" tanya Reno.

Aku menyerahkan sepucuk surat yang sudah remuk kugenggam.

Dear Bapak Walikota Karagan yang Kami Cintai,
Ini bingkisan dari kami, penderitaan rakyat yang Bapak nikmati. Bapak hancurkan, ratakan rumah kami seperti melahap makanan basi. Tak ada yang mampu kami daki dari barisan gedung-gedung tinggi. Sadarkah Bapak, seluruh sendok dan garpu yang Bapak miliki sudah berlumuran darah kami?

Salam hangat,
Rakyat Miskin yang Berkurang,
karena Sudah Mati

Reno tampak geram. Surat itu semakin remuk oleh remasan tangannya. Tidak puas, Reno menyobeknya menjadi potongan-potongan kecil, lalu ditabur di tempat sampah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun