Mohon tunggu...
Sinta Maharani
Sinta Maharani Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Pembedahan Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Novel "Ronggeng Dukuh Paruk"

21 Februari 2018   19:58 Diperbarui: 23 Februari 2018   09:28 6104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siti juga merupakan salah satu tokoh yang bertemu dengan tokoh Rasus, ia adalah gadis dari daerah Dawuan, berperawakan lugu dan alim, hal ini ditunjukkan oleh kutipan berikut ini ;

"He, jangan samakan Siti dengan gadis-gadis Dukuh Paruk. Dia marah karena menganggap kau memperlakukannya secara tidak senonoh," kata seseorang

Sersan Selamet sendiri adalah pimpinan tentara yang bertugas di daerah Dawuan, beliau merupakan seorang tentara yang ramah dan juga tegas, hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut ;

"Siapa namamu?" tanya Sersan Slamet. Gayanya ramah kebapakan.

"..... Kalau kuketahui kau melakukan kesalahan, aku sendiri yang akan menghukummu. Bila perlu dengan pistolku"

Setelah mengulas penokohan tentunya di dalam novel terdapat yang namanya alur (plot) atau biasa kita kenal sebagai unsur utama yang medasari jalan cerita. Adapun dalam novel yang bertajuk Ronggeng Dukuh Paruk ini menggunakan alur nonkenvensional, yaitu alur yang maju mundur.


Ini bisa dilihat dari tokoh Rasus yang awalnya menceritakan kegiatan yang sedang dia lakukan di Dukuh Paruk ketika bersama dengan para sahabatnya yang juga  berumur 14 tahun, sebelum pada akhirnya bercerita tentang bencana yang menimpa Dukuh Paruk 11 tahun yang lalu dimana karena peristiwa itu juga yang membuat dia kehilangan emaknya, setelah lama bergulat dan bercerita tentang peristiwa kelam itu kemudian tokoh Aku menceritakan kembali tentang hal- hal yang ia lalui  di Dukuh Paruk yang penuh dengan konflik  hingga pada akhirnya membuat dia memutuskan keluar dari Dukuh Paruk dan memilih untuk menjadi anggota pembantu tentara. Adapun hal-hal tersebut dibuktikan oleh beberapa kutipan berikut ;

 .....ketiganya patuh. Ceria di bawah pohon nangka itu berlanjut sampai matahari menyentuh garis cakrawala.

Sebelas tahun yang lalu ketika Srintil masih bayi. Dukuh Paruk yang kecil basah kuyup tersiram hujan lebat. Dalam kegelapan yang pekat, pemukiman terpencil itu lengang, amat lengang.

Sebelum berangkat aku berkata kepada Nenek, aku akan mencari paman di luar kampung dan mungkin tidak kembali lagi.

Segala bentuk peristiwa yang terjadi pasti memiliki suatu tempat sebagai saksi atas terjadinya suatu peristiwa tersebut. Adapun latar tempat dalam novel ini sebagian besar terjadi di dua tempat yaitu di daerah Dukuh Paruk dan Daerah Dawuan (Pasar Dawuan) hal ini diperjelas oleh kutipan-kutipan berikut ;

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun