Mohon tunggu...
Novita Nuriyah
Novita Nuriyah Mohon Tunggu... perempuan

ALWAYS BE THE BEST

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Mengintip Proses Masak Nasi Angkruk Khas Desa Plunturan

18 Desember 2021   18:42 Diperbarui: 18 Desember 2021   18:45 457
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika kita berkunjung ke suatu daerah sepertinya kurang afdol kalau kita tidak mencicipi makanan khas dari daerah tersebut.

Desa Plunturan adalah salah satu desa yang terdapat di kota Ponorogo yang memiliki segudang kebudayaan. Kota Ponorogo pun memiliki sebutan yaitu Kota Reog. Desa Plunturan memiliki potensi menjadi Desa Wisata Budaya karena Desa ini memiliki cukup banyak tradisi budaya, peninggalan bersejarah, bisnis tanaman, serta kuliner. Melalui program Matching Fund 2021 yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Republik Indonesia, mahasiwa Universitas 17 Agustus '45 Surabaya berkesempatan untuk mengenal lebih jauh hal-hal unik yang bisa kita ketahui serta publikasikan kepada masyarakat luas

Dusun Krajan adalah salah satu dusun di desa Plunturan yang memiliki makanan dengan cita rasa khas membuat kami ingin melihat lebih detail proses pembuatan nasi Angkruk. Berbahan dasar sederhana dari nasi, kelapa dan tempe serta proses pembuatan yang cukup memakan waktu hingga 4-5 jam membuat cita rasa Nasi Angkruk menjadi salah satu kuliner yang digemari masyarakat Desa Plunturan dan wisatawan. Hanya dengan Rp. 1000 saja Nasi Angkruk sudah bisa di nikmati para kalangan..Tak hanya itu, nasi angkruk memiliki rasa yang gurih namun tidak terlalu kuat membuat nasi angkruk cocok disandingkan dan dimakan dengan lauk apa saja.

Mbah katinem adalah satu-satunya pembuat nasi angkruk di dusun krajan yang masih aktif berjualan. . Beliau membuat nasi angkruk biasanya dari jam 1 pagi hingga jam 6 pagi. Beliau biasanya membuat 2 kg(-+40 bungkus) untuk dijual setiap paginya dan setiap hari pun habis terjual. Dinamakan sego angkruk karena bumbunya yang ngangkruk di atas nasi atau berada di atas nasi. Pembuatan Nasi Angkruk masih menggunakan bahan bakar kayu. Keunikan lain nasi angkruk yaitu Proses memasak yang lama dan masih alami membuat nasi angkruk tidak mudah basi walaupun di makan di malam hari. Nasi angkruk adalah salah satu sumber pendapatan mbah katinem selain sebagai petani. "Jualannya hanya 40 bungkus karena biar bisa untuk makan sehari-hari saja".ujar Mbah Katinem.(10/11)

Nasi angkruk membutuhkan wadah untuk dijadikan ladang bisnis Desa Plunturan. Namun sayang seribu sayang, masyarakat Plunturan sendiri kurang memperhatikan keberadaan nasi angkruk karena proses pembuatannya yang cukup lama membuat masyarakat memilih untuk membelinya saja."sebenarnya kami organisasi POKDARWIS( Kelompok Sadar Wisata) memiliki rencana untuk menjadikan nasi angkruk sebagai produk UMKM Desa. Namun memang karena keterbatasan minat masyarakat untuk membuat karena prosesnya yang cukup lama". Ujar Pak Gotri(10/11). Jika Nasi Angkruk bisa dikembangkan menjadi bisnis kuliner, tidak menutup kemungkinan untuk nasi angkruk menjadi Favorit Masyarakat dan daya tarik wisatawan yang berkunjung ke Desa Plunturan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun