Bali dikenal sebagai salah satu pulau yang kaya akan budaya dan tradisi yang berakar kuat pada ajaran Hindu. Salah satu falsafah hidup yang menjadi pedoman masyarakat Bali adalah Tri Hita Karana, yang berarti tiga penyebab kebahagiaan.Konsep ini tidak hanya menjadi dasar perilaku sosial, tetapi juga mempengaruhi sistem pertanian, arsitektur, tata ruang, hingga pariwisata di Bali.Â
Secara etimologis, Tri Hita Karana berasal dari bahasa Sanskerta. Tri yang artinya tiga. Hita berarti kebahagiaan, kesejahteraan, atau keselamatan. Kemudian karana yang berarti penyebab atau sumber. Dengan demikian, Tri Hita Karana dapat diartikan sebagai tiga penyebab kebahagiaan yang membawa manusia menuju kehidupan yang seimbang, harmonis, dan bermakna.
Sejarah Tri Hita Karana
Sejarah Tri Hita Karana berawal dari masuknya ajaran hindu ke bali pada abad ke 8, dengan berkembangnya prinsip ajaran Tat Twam Asi yang menekankan hubungan harmonis antar makhluk. Masa Bali Kuno, sekitar abad ke-9 hingga ke-14, sistem irigasi tradisional yang dikenal dengan nama Subak merupakan salah satu contoh nyata penerapan prinsip Tri Hita Karana. Pada abad ke-14 prinsip Tri Hita Karana semakin kuat hingga digunakan pada sistem adat dan pemerintahan. Konsep ini berpadu dengan kearifan lokal seperti irigasi subak, awig-awig/hukum adat, dan arsitektur tradisional. Hingga pada tahun 1966 istilah Tri Hita Karana secara resmi diperkenalkan dalam Seminar Kebudayaan Bali. Istilah Tri Hita Karana mulai populer pada 1966 dan sejak 1969 digunakan sebagai pedoman kehidupan masyarakat Bali.
Makna Bagi Manusia
Dalam tubuh manusia, Tri Hita Karana tercermin pada tiga unsur utama: Atman (jiwa/roh sebagai sumber hidup), Prana (energi atau nafas sebagai penggerak), dan Sarira (tubuh sebagai wadah). Ketiganya melahirkan tiga hubungan suci: Parahyangan (hubungan dengan Tuhan), Pawongan (hubungan dengan sesama), dan Palemahan (hubungan dengan alam).
Ti Hita Karana adalah filsafat hidup yang menyeluruh dan diwariskan turun-temurun sebagai pedoman etika. Sesuai dengan namanya Tri Hita Karana terbagi menjadi tiga yakni Parahyangan yang merupakan hubungan dengan Tuhan dapat melalui doa, upacara serta yadnya. Pawongan, hubungan dengan sesama melalui kebersamaan, gotong royong, dan saling menghormati. Palemahan, hubungan dengan alam melalui pelestarian lingkungan, tata ruang, pengelolaan sumber daya, dan merawat makhluk hidup sekitar
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI