Di kota itu, sesuatu tumbuh berwarna
Bukan bunga, bukan duri, melainkan bayang yang diam-diam belajar mencintai arus
Puluhan kilometer sunyi kita tempuh, demi membayar rindu dalam sisa cahaya sore
Di satu sudut kota itu, aku satu-satunya musim yang kau jaga
Namun tak tahu siapa yang terlambat
Takdir, atau tangan cinta yang congkak
Datang tanpa mengetuk, pergi pun lewat angin
Tiap tahun ku tahan puisi ini, tapi tak kan lagi hari ini
Selamat ulang tahun, duhai matahari kalbu
Meski dunia tlah berbeda, tetap terkadang hati berkata ingin pulang~
Bogor, 11 Oktober 2025
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI