Mohon tunggu...
Noveriani Telaumbanua
Noveriani Telaumbanua Mohon Tunggu... MAHASISWA

Suka obrolan lebih mendalam dari pada basa-basi.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Demo di Negeri yang Gelisah: Tanda Dunia Sedang Tidak Baik-Baik Saja

30 Agustus 2025   09:35 Diperbarui: 30 Agustus 2025   09:35 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketika Rakyat Turun ke Jalan: Demo di Negeri yang Gelisah (Sumber: Freepik)

Di tengah hiruk pikuk kehidupan sehari-hari, kita semakin sering disuguhi pemandangan ribuan orang memenuhi jalanan. Poster diangkat tinggi, suara lantang menggema, dan lautan massa menyerukan tuntutan yang sama yaitu; perubahan. Fenomena demo yang marak belakangan ini membuat banyak dari kita bertanya: "Mengapa rakyat memilih turun ke jalan? Apakah ini tanda bahwa dunia atau setidaknya negeri kita sedang tidak baik-baik saja?"

Ketika Jalanan Menjadi Panggung

Demo bukanlah hal baru. Ia sudah lama menjadi bagian dari perjalanan bangsa, bahkan dunia. Namun intensitas dan bentuknya akhir-akhir ini terasa berbeda. Dari Jakarta, Paris, hingga Seoul, demo muncul hampir bersamaan, seolah dunia bersepakat dalam kegelisahan. Demo bukan sekadar keributan, bukan pula hanya "kumpul-kumpul massa". Ia adalah panggung tempat rakyat yang suaranya tak terdengar di ruang resmi akhirnya memilih berbicara. Ketika saluran demokrasi yang seharusnya menyalurkan aspirasi justru tertutup, jalanan menjadi ruang terakhir untuk bersuara.

Politik: Krisis Kepercayaan yang Menyesakkan

Salah satu pemicu utama maraknya demo adalah faktor politik. Masyarakat merasa janji politik hanya tinggal slogan. Kebijakan yang diambil sering kali jauh dari kebutuhan rakyat. Rasa percaya yang dulu diberikan kepada para pemimpin terkikis oleh skandal, ketidaktransparanan, dan kebijakan yang dianggap merugikan. Demo lahir dari kekecewaan yang menumpuk. Rakyat ingin didengar, bukan sekadar dijadikan angka dalam kotak suara lima tahun sekali.

Ekonomi: Kesenjangan yang Menganga

Selain politik, faktor ekonomi juga tidak kalah besar perannya. Harga kebutuhan pokok yang terus melambung, lapangan pekerjaan yang terbatas, serta kesenjangan antara kaya dan miskin yang semakin lebar membuat masyarakat merasa terjepit. Ketika rakyat merasa perut mereka lapar sementara kebijakan ekonomi justru membebani, jalanan menjadi tempat mereka menyalurkan protes. Demo sering kali menjadi refleksi dari jeritan rakyat kecil yang lelah menghadapi tekanan hidup.

Sosial: Generasi Muda yang Tidak Mau Diam

Berbeda dengan masa lalu, demo hari ini banyak digerakkan oleh generasi muda. Anak-anak muda dengan cepat mengorganisasi diri lewat media sosial, menggerakkan massa, dan menciptakan narasi yang viral. Generasi ini tidak lagi mau diam. Mereka lebih kritis, berani melawan, dan tidak takut menyuarakan apa yang mereka anggap benar. Di sisi lain, masyarakat juga semakin sensitif terhadap ketidakadilan, terutama ketika hukum terasa tajam ke bawah namun tumpul ke atas. Solidaritas pun lahir, membuat demo semakin besar.

Dua Wajah Demo: Antara Harapan dan Kekhawatiran

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun