Mohon tunggu...
Nove Na
Nove Na Mohon Tunggu... Dokter Hewan

Seorang ibu yang baru mengerti ternyata dunia cepat berubah, kita pun harus mulai berubah seperti air mengalir,

Selanjutnya

Tutup

Love

Apakah Engkau Bisa Memaafkan dirimu Sendiri

10 September 2025   20:46 Diperbarui: 10 September 2025   20:46 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Malam mulai larut, suara jangkrik sayup sayup terdengar, anak-anak dibelakang sedang riuh bercanda. Entah kenapa notifikasi berita di hp muncul seorang ibu yang putus asa mengakhiri hidupnya dan kedua anaknya. Akhir- akhir ini berita diluar sana banyak terjadi berita yang menyedihkan. Rasanya tak nyaman dan terasa menyakitkan.

Teman sekitar 24 tahun yang lalu 100 hari ibu meninggal , ayah kami kehilangan kesadaran beliau mengalami delusi, saya putri pertama dan mempunya 3 saudara, adek saya berumur 4 tahun waktu itu. Dimalam itu Ayah kami mengumpulkan kami dan berkata besuk pagi alm ibu kami akan datang. Seingat kami waktu itu mencekam, adek -adek menangis sambil bilang ayah sadar ayah. Karena ayah tampaknya tak sadar di dunia nyata.  Pengetahuan tentang depresi diwaktu itu tidak seperti sekarang. 4 anak yang belum dewasa dalam satu malam berubah hidupnya.

Sebagai anak pertama, usia saya waktu itu baru 16 tahun dalam keadaan terdesak dan ketakutan memutuskan  membawa ketiga adik, mengemasi susu untuk adik yang paling kecil, baju- baju untuk adik -adik yang baru smp., pergi meninggalkan ayah kami. Sebelum pergi kami meninggalkan sedikit uang ke tetangga untuk mengirimin sayur atau makanan untuk ayah. 

Dalam diam saya ketakutan takut bila ayah mengancam adik -adik dan saya, dihati kecil ada rasa bersalah meninggalkan ayah kami sendirian. Ada 2 pilihan pergi atau tetap menuruti permintaan ayah. 2 hari sesudahnya kami mendengar ayah kami relaps dan berkeliling tidak sadar dan harus masuk rumah sakit jiwa.

Ternyata peristiwa itu masih membekas, perasaan yang harus pergi untuk meninggalkan ayah sendirian ternyata menghantui.  Terkadang rasa bersalah itu muncul. 2 Keputusan yang harus diambil dan dipilih adek-adek atau ayah. 

Sampai saat saya membaca saat sekeluarga terpaksa memutuskan mengakhiri hidup. Saya menangis  dan memeluk diri sendiri, salah atau tidak keputusan waktu itu. Itu yang terbaik yang bisa dilakukan menyelamatkan adek -adek baru kemudian ayah.

Ternyata berat memaafkan diri sendiri.....pelan pelan kini sayapun bisa menerima dan bisa berkata "kamu sudah melakukan yang terbaik yang bisa dilakukan".

Untukmu yang belum bisa memaafkan diri mu.

peluk erat, engkau sudah melakukan yang terbaik

tak mudah mengambil keputusan disaat semua pilihan terasa salah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun