Seluruh mahasiswa---dari jurusan teknik hingga sosial---diperkenalkan pada dasar-dasar kewirausahaan, manajemen startup, dan literasi digital, dan diperkenalkan dengan dunia kewirausahaan.
3. Fasilitas inkubasi dan mentoring di kampus
Kampus menyediakan ruang inkubator bisnis, akses ke mentor dari industri, pelatihan pitching, dan peluang pendanaan untuk proyek mahasiswa.
4. Kolaborasi dengan industri dan komunitas teknologi
Keterlibatan industri sangat penting untuk menjembatani realitas lapangan dengan pembelajaran di kelas. Program magang, proyek bersama, atau kompetisi technopreneur bisa menjadi jembatan awal.
5. Dukungan dari kebijakan nasional
Pemerintah perlu mendorong universitas untuk tidak hanya mencetak lulusan akademik, tetapi juga lulusan inovatif dan mandiri. Insentif untuk kampus yang memiliki rasio technopreneurship tinggi bisa menjadi salah satu bentuk dukungan konkret.
Dunia tidak menunggu. Perubahan teknologi, tantangan globalisasi, dan kompetisi tenaga kerja terus bergerak ssecara cepat. Kita tidak boleh tertinggal. Perguruan tinggi harus menjadi garda terdepan dalam mencetak sumber daya manusia yang unggul, kreatif, dan berdaya saing global.
Integrasi technopreneurship ke dalam kurikulum bukan lagi sekadar pilihan, tetapi sebuah kebutuhan mendesak. Melalui pendekatan ini, kita tidak hanya menghasilkan lulusan yang bekerja, tetapi lulusan yang mampu menciptakan pekerjaan, memberikan solusi inovatif, dan membawa manfaat nyata bagi masyarakat dan bangsa.
Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI