Mohon tunggu...
Nor Qomariyah
Nor Qomariyah Mohon Tunggu... Praktisi Sustainability yang fokus pada dekarbonisasi industri, pengelolaan emisi, dan penerapan green policy. Melalui tulisan di Kompasiana, saya mengajak pembaca memahami tantangan dan peluang menuju industri hijau yang kompetitif secara global.

Berbagi wawasan dan strategi menuju masa depan industri yang rendah emisi dan berkelanjutan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Selingkuh dalam Pusaran Budaya Patriarkhi Sosial dan Agama

20 Juli 2025   19:50 Diperbarui: 21 Juli 2025   00:16 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Ketiga, Strategi coping dalam Menghadapi Masalah
Strategi coping dapat dilakukan dengan menyeimbangkan peran antara masing-masing pasangan, self-care dan self-control dengan memberikan dukungan satu sama lain, termasuk mempraktikan fleksibilitas dan adaptabilitas dalam hubungan. Cara ini dapat menciptakan pola interaksi dan komunikasi yang lebih sehat, harmonis, dan melanggengkan komitmen, bahkan mendewasakan masing-masing pasangan dalam menangani masalah yang ke depan bisa timbul.

Keempat, Pemahaman Literasi Agama dengan Baik dan Bijak
Agama, menjadi faktor penting yang menentukan arah jalannya manusia secara rohani. Karenanya memahami literatur agama yang baik melalui kitab suci dengan penafsiran yang benar, tidak 'parsial', tanpa konteks yang utuh adalah penting. Contoh, dalih "boleh poligami" sering dijadikan pembenaran untuk berselingkuh atau menikah diam-diam, padahal syarat poligami sangat berat dan tidak boleh mencederai keadilan dan amanah (lihat QS. An-Nisa: 3). Penting juga memisahkan antara "syariat" dan "niat tersembunyi". Sesuatu yang "tampak syar'i" belum tentu benar jika niatnya tidak baik.  Contohnya adalah menikah lagi untuk menutupi selingkuh, lalu menyebutnya sebagai "sunnah".


Literasi agama yang sehat akan menuntun pada akhlak, bukan hanya ritual atau simbol, tapi juga  justifikasi budaya 'patriarkhi', guna mencari "dalil pembenaran" agar terlihat benar, misalnya dengan menyalahkan pasangan sah atau berkata "jodoh dari Allah tidak bisa ditolak."


Terakhir tentu penting membuka "kritik sosial dan dialog agama" bukan ditutup dengan kalimat seperti "urusan rumah tangga orang lain, jangan ikut campur." Penting ada kontrol sosial dari tokoh agama, komunitas, dan keluarga agar terhindar seperti apa yang terjadi dalam kasus "Walid" yang terjebak dalam "Bidaah" yang salah. Karena agama mengajarkan tanggung jawab, kesetiaan, dan adab menjaga pernikahan. Termasuk dalam Islam, perselingkuhan (khianat terhadap pasangan sah) termasuk dalam kategori dosa besar (QS. Al-Isra': 32).

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun