Lihat saja ulah Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) yang menargetkan penjualan industri mobil di Indonesia sebesar rata-rata 1 juta-1,2 juta unit setahun. Angka tersebut tentu akan menambah populasi kendaraan yang sudah ada saat ini.
Data Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat pada 2015 menunjukkan, perbandingan jalan di Jakarta sudah mencapai 2.077 unit kendaraan per satu kilometer jalan. Bisa dipastikan saat ini kondisinya pasti makin parah.
Persoalan kemacetan yang makin parah ialah efek dari keterlambatan pembangunan sistem transportasi massal. Kebutuhan sistem ini mendesak dengan kondisi pertumbuhan kendaraan pribadi yang pesat. Belum lagi ditambah dengan menjamurnya jutaan armada ojek online yang makin lama makin meresahkan.
Ya, proyek Mass Rapid Transit (MRT) yang bertahun-tahun didambakan akhirnya telah beroperasi secara komersial sejak 2 April 2019 lalu. Moda transportasi massal terbaru di ibu kota tersebut digandang-gandang mampu mengangkut rata-rata 82 ribu penumpang tiap harinya.
Meski demikian, sebagian besar warga pengguna MRT mengaku memilih moda angkutan umum tersebut karena praktis, cepat, dan relatif murah. Mereka sendiri tak sepenuhnya yakin akan mengurangi kemacetan Jakarta, tanpa didukung oleh kebijakan yang memaksa pengguna kendaraan pribadi beralih ke transportasi umum.
Belum lagi soal banjir. Faktanya, siapa pun pemimpinnya, Jakarta masih saja banjir. Â Buktinya? Tengok saja, akhir pekan lalu sebagian wilayah Jakarta kembali direndam banjir. Meluapnya Sungai Ciliwung membuat air merendam sejumlah titik di Jakarta sejak Jumat (26/4). Pada kondisi terburuknya, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta mencatat terdapat 18 titik banjir. Di antaranya 4 titik di Jakarta Selatan dan 14 titik di Jakarta Timur.
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mencatat terdapat dua korban nyawa akibat banjir yang menggenangi. Selain korban jiwa, BNPB mencatat 2.258 orang mengungsi akibat banjir tersebut.
Diperlukan kesadaran yang lebih dari pemerintah. Ada beberapa strategi utama yang perlu dikejar, yakni peningkatan kualitas transportasi umum, pembatasan lalu lintas, pengendalian pertumbuhan kendaraan bermotor dan peningkatan infrastruktur.
Dan bagi kita warga ibu kota maupun komuter, pembangunan infrastruktur juga perlu diikuti oleh kesadaran lebih luas untuk mengubah kebiasaan. Ya, yang saya maksud adalah kesadaran dari dalam diri sendiri. Marilah kita mulai dengan hal-hal sederhana: stop membuang sampah sembarangan, tertib berlalu lintas dan tidak menggunakan kendaraan pribadi jika memang tidak perlu-perlu amat.
Itu dari saya. Jika sekiranya ada usul atau masukan lain, silakan anda tulis di kolom komentar. Semoga bisa menjadi perbaikan bersama untuk kota Jakarta!