"Sira Gajah Mada patih Amangkubhumi tan ayun amuktia palapa, sira Gajah Mada, "Lamun huwus kalah nusantara isun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seran, Tajung Pura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana isun amukti palapa".
Terjemahannya,
Beliau Gajah Mada Patih Amangkubumi tidak ingin melepaskan puasa, ia Gajah Mada, "Jika telah mengalahkan Nusantara, saya (baru akan) melepaskan puasa. Jika mengalahkan Gurun, Seram, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, demikianlah saya (baru akan) melepaskan puasa".
Â
Sumpah yang melahirkan kontroversi
Sumpah yang membawa petaka
Sumpah untuk mempersatukan
Atau sumpah untuk menaklukan
Pararaton yang memuat naskah Sumpah Palapa
Secara eksplisit tidak menyebutkan teks itu sebagai sebuah sumpah
Tak ada satu pun kata dalam serat mencantumkan kata sumpah Â
(Maaf, ini pendapat seorang ahli sejarah)
Bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak melupakan sejarahnya
Indonesia tidak bisa lepas dari sejarah kejayaan kerajaan di Nusantara
Mulai dari Sriwijaya, Majapahit, Pajajaran, Singhasari dan kerajaan lainnya
Terlepas dari multi penafsiran Sumpah Palapa
Ikrar terucap karena kuatnya keinginan mahapatih Gajah Mada
Untuk membendung pengaruh kerajaan Asia Tenggara di Nusantara
Nusantara harusnya di bawah ke-kuasaan kerajaan yang ada di dalamnya
Bukan dikuasai kerajaan lain yang ada di daratan Asia Tenggara
Ini berarti, mahapati Gajah Mada meneruskan perjuangan leluhurnya
Prabu Kertanagara raja terakhir kerajaan Singhasari
Raja pertama Jawa Dwipa yang ingin menyatukan Nusantara
Dan, membendung pengaruh kekuasaan Kaisar Kubilai Khan dari Mongol
Kepergiannya Gajah Mada (wafat), Prabu Hayam Wuruk (raja Majapahit) larut dalam duka
Ia berusaha mencari pengganti, dipanggillah anggota dewan pertimbangan Agung
Tetapi, hingga akhir pertemuan, Raja Hayam Wuruk tak menemukan pengganti Gajah Mada Â
Pertemuan Agung  memutuskan sang mahapati Gajah Mada tidak tergantikan
Singosari, 11 Pebruari 2019